get app
inews
Aa Text
Read Next : Istana Kibarkan Bendera Setengah Tiang, Peringati Korban G30S dan Hari Kesaktian Pancasila

Tragedi G30S PKI: Kudeta Gagal yang Mewarnai Sejarah Kelam Indonesia

Selasa, 30 September 2025 | 20:36 WIB
header img
Peristiwa Gerakan 30 September 1965 atau G30S PKI tercatat sebagai salah satu sejarah kelam bangsa Indonesia. Foto: Dok.net/Kebudayaan.Kemdikbud

JAKARTA, iNewsPemalang.id - Peristiwa Gerakan 30 September 1965 (G30S) tercatat sebagai salah satu bab tergelap dalam sejarah Indonesia modern. Kudeta berdarah yang didalangi oleh Partai Komunis Indonesia (PKI) ini menewaskan sejumlah perwira tinggi militer dan mengguncang stabilitas politik nasional pada masa pemerintahan Presiden Soekarno.

G30S PKI bukan hanya soal penculikan dan pembunuhan, tetapi juga merupakan puncak dari ketegangan ideologis yang telah berlangsung lama antara kekuatan komunis dan unsur militer di tubuh negara. Lalu bagaimana sejarah kelam ini bermula?

PKI: Dari Gerakan Sosial ke Ambisi Politik

PKI awalnya lahir dari Indische Sociaal Democratische Vereeniging (ISDV), sebuah organisasi berhaluan sosialis yang didirikan oleh tokoh Belanda Henk Sneevliet pada tahun 1914. Organisasi ini perlahan berkembang di kalangan bumiputera setelah berhasil merangkul Sarekat Islam (SI), salah satu organisasi massa terbesar saat itu.

Pada tahun 1920, ISDV resmi berganti nama menjadi Partai Komunis di Hindia Belanda, dan empat tahun kemudian berubah menjadi Partai Komunis Indonesia (PKI). Di masa awal kemerdekaan, partai ini kembali bangkit dan meraih dukungan besar, khususnya dari kalangan buruh, petani, dan intelektual. Bahkan pada Pemilu 1955, PKI berhasil meraih posisi keempat dengan perolehan suara sebesar 16,4 persen.

Namun, ambisi PKI untuk menjadikan Indonesia sebagai negara berhaluan komunis sudah terlihat sejak awal. Salah satu aksi pemberontakan mereka terjadi pada September 1948 di Madiun. Dipimpin Muso dan Amir Sjarifuddin, PKI mencoba mendirikan Republik Soviet Indonesia. Upaya ini gagal setelah militer Indonesia bertindak cepat dan menumpas gerakan tersebut.

Malam Berdarah 30 September 1965

Tiga dekade setelah pemberontakan Madiun, PKI kembali mencoba mengguncang kekuasaan negara. Pada malam 30 September 1965, kelompok yang menamakan diri "Gerakan 30 September" menculik tujuh perwira tinggi militer yang dianggap sebagai ancaman terhadap kepentingan mereka.

Dipimpin oleh Letnan Kolonel Untung Syamsuri, anggota Cakrabirawa (pasukan pengawal presiden), aksi penculikan dilakukan terhadap:

  1. Letjen Ahmad Yani
  2. Mayjen R. Soeprapto
  3. Mayjen M.T. Haryono
  4. Mayjen Siswondo Parman
  5. Brigjen D.I. Panjaitan
  6. Brigjen Sutoyo Siswomiharjo
  7. Kapten Pierre Tendean (yang dikira sebagai Jenderal Nasution)

Dari ketujuh korban, enam orang dibunuh dan jenazah mereka dibuang ke sumur tua di kawasan Lubang Buaya, Jakarta Timur. Sementara itu, Jenderal A.H. Nasution berhasil lolos dari upaya penculikan, meskipun putrinya, Ade Irma Suryani, menjadi korban dalam insiden tersebut.

Upaya Kudeta dan Gagalnya Ambisi PKI

Setelah menculik dan membunuh para jenderal, kelompok G30S/PKI menguasai gedung Radio Republik Indonesia (RRI) dan menyiarkan pengumuman yang menyebut bahwa mereka sedang "menyelamatkan revolusi" dari ancaman Dewan Jenderal yang disebut ingin merebut kekuasaan dari Presiden Soekarno.

Namun upaya ini justru memicu respons cepat dari militer, khususnya Kostrad di bawah pimpinan Mayor Jenderal Soeharto. Dalam waktu singkat, militer berhasil mengendalikan situasi, menumpas gerakan, dan memulihkan keamanan nasional.

Jenazah para perwira tinggi yang diculik ditemukan terkubur di sumur Lubang Buaya pada 3 Oktober 1965. D.N. Aidit, pimpinan PKI, ditangkap di Solo pada 22 November dan dieksekusi sehari kemudian.

Pemerintah kemudian mengambil langkah tegas. Pada 12 Maret 1966, Presiden Soekarno mengeluarkan Keputusan Presiden No. 1/3/1966 yang secara resmi membubarkan PKI dan melarang ideologi komunisme di Indonesia.

Para Pahlawan Revolusi: Korban Kekejaman G30S PKI

Para perwira tinggi yang menjadi korban penculikan dan pembunuhan oleh G30S/PKI kemudian dianugerahi gelar Pahlawan Revolusi. Mereka adalah:

Letnan Jenderal Anumerta Ahmad Yani, Mayor Jenderal R. Soeprapto, Mayor Jenderal M.T. Haryono, Mayor Jenderal Siswondo Parman, Brigadir Jenderal D.I. Panjaitan, Brigadir Jenderal Sutoyo Siswomiharjo, dan Kapten Pierre Tendean.

Peristiwa G30S PKI masih menyisakan sejarah kelam, tragedi ini menjadi pengingat betapa rapuhnya persatuan bangsa ketika ideologi dijadikan alat kekuasaan. Tragedi ini juga menandai awal dari era baru dalam sejarah Indonesia: berakhirnya kekuasaan Soekarno dan lahirnya Orde Baru di bawah Presiden Soeharto.

 

Catatan Redaksi: Sejarah G30S tetap menjadi pelajaran penting bagi generasi muda Indonesia. Pemahaman kritis dan objektif atas peristiwa ini sangat diperlukan demi menjaga demokrasi dan persatuan di masa depan.

 

Editor : Aryanto

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut