PEMALANG, iNews.id - Pria asal Klaten, Soufi Assegaf (25) memasang internet atau internet koin untuk warga di kampungnya.
Berkat alat yang ia buat, warga cukup memasukan koin minimal Rp 500 untuk bisa mengakses internet selama 30 menit.
Tak sampai di situ saja, warga juga bisa menambah waktu tapi tetap memasukan uang koin lagi.
Meski baru teralisasi pada 2022, pria berkacamata yang tinggal di Dukuh Salak RT 02 RW 11 Kecamatan Ceper, Kabupaten Klaten itu mengaku, awal niat pemasangan itu sudah sejak Desember 2021 lalu.
"Awalnya, di kampung saya dulu masih belum terjangkau oleh jaringan internet, padahal daerah lainnya sudah," kata Soufi saat ditemui iNews, Rabu (29/6/2022).
Kemudian, sambung dia, saat masa pandemi Covid-19 dilakukan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di rumah.
"Sementara, banyak warga yang membutuhkan koneksi internet tanpa boros kuota," imbuhnya.
Dengan kondisi seperti itu, Soufi berpikir, cara agar warga itu bisa menikmati akses internet murah terus terjangkau dan stabil atau kencang.
Berangkat dari keresahan itulah, gagasan menggunakan internet koin muncul.
"Sebelum menyediakan internet koin, browsing-browsing dulu. Cari-cari alat yang dibutuhkan dan beli itu dari Bali dengan harga Rp 3.000.000," paparnya.
Selanjutnya, Soufi yang sehari-hari bekerja sebagai jurnalis itu pun cari-cari tutorial lewat Youtube agar tahu cara pemakaiannya.
"Alatnya belinya online dan dapat dari Bali, saya beli itu Rp 3 juta lebih. Jadi browsing dulu di internet dan cari tutorial di youtube, setelah banyak referensi dan dihitung-hitung biayanya berapa dari Desember 2021 sampai sebelum puasa 2022, akhirnya mantap memasang," ungkap dia.
Soufi menjelaskan, pemakaian alatnya itu tidak pakai password atau kode-kode. Konsepnya itu seperti telpon umum koin zaman dulu, jadi mempermudah pemakaiannya.
Ia pun mengkonsep koin yang bisa dimasukan itu uang koin Rp 500 warna putih. Itu durasi waktunya 30 menit dengan kecepatan 3 Mbps untuk download dan upload.
Kalau koin Rp 1.000 itu buat durasi 1 jam untuk download dan upload.
"Saya tidak mengambil keuntungan yang banyak. Karena ini untuk warga yang membutuhkan, bentuk pengabdian saya juga di lingkungan warga," sambungnya.
Alatnya itu berbentuk box kotak dengan ukuran sekitar 40 x 30 centimeter (cm). Untuk ketebalannya sekitar 25 cm, dan itu sudah termasuk koin akseptornya. Itu untuk mendeteksi koin yang dimasukan, jadi bisa langsung mengetahui koin yang dimasukan itu Rp 500 atau Rp 1.000.
"Alatnya tidak terlalu besar. Orang-orang tua pasti akan tahu cara kerja telpon umum koin, jadi modelnya seperti itu," ucap dia.
Cara pemakaiannya itu dari HP menyambungkan dan mengkoneksikan nama Wife-nya dulu. Terus akan muncul halaman login, kemudian tinggal dipilih masukan koin.
Kalau sudah diklik masuk koin, nanti muncul hitungan mundur 30 detik buat durasi memasukan koin. Kalau sudah memasukan akan muncul total durasi yang didapat sesuai uang yang dimasukan.
"Kalua sudah pencet selesai. Nanti otomatis warga bisa menikmati layanan internet. Kalau ada yang bingung kita pandu," imbuhnya.
Soufi mengatakan, alat internet koin dipasang di halaman rumah agar warga yang ingin memakai lebih mudah. Hampir setiap hari pasti ramai warga di rumahnya yang menikmati akses internet.
Rata-rata satu hari itu sekitar 20 orang, pas malam minggu atau malam hari libur lebih banyak jumlahnya, bisa 30-an orang.
"Pas ramai itu kalau malam, abis salat isya sampai tengah malam. Yang makai mayoritas anak-anak tapi orang tua juga ada, tapi biasanya buat streaming Youtube," jelas dia.
Soufi menambahkan, saat PJJ di masa pandemi kemarin banyak yang mengakses untuk belajar dan mengerjakan tugas-tugas.
Jangkauan sinyalnya itu jaraknya sampai sekitar 20 meter dari rumah. Siapa yang mengakses dan berapa lama Itu langsung tercatat otomatis di halaman admin.
"Pernah ada yang memakai sampai 5 jam. Jadi tercatat secara otomatis. Saya sempat tanya kenapa pakai internet koin, karena kalau pakai data di HP itu boros katanya," tuturnya.
Setiap bulan, ia mengisi data itu Rp 150.000 buat 50 giga tapi pemakaiannya tidak sampai habis.
Setiap bulannya, ia rata-rata memperoleh Rp 200.000. Ia sengaja tidak mengambil untung banyak, yang penting warga bisa menikmati akses internet murah.
"Tiap bulan saya mengisi paket data 50 giga, itu Rp 150.000. Para tetangga malah mendukung, malah ada yang minta jaraknya diperluas lagi," pungkas dia.
Editor : Anila Dwi
Artikel Terkait