Cerita Urik, Pedagang Bendera Musiman dari Tasikmalaya

Arimbi Haryas Prabawanti
Pedagang bendera musiman /Dokpri. Arimbihp

PEMALANG, iNews.id - Pedagang bendera musiman mulai berjualan menjelang Hari Kemerdekaan yang akan dirayakan masyarakat Indonesia 14 hari lagi.
Mulai dari bendera kecil berukuran 10x20 cm hingga bendera umbul-umbul yang digunakan untuk menghias jalanan mulai nampak dijajakan.
Seorang pedagang bendera musiman, Urik (51) mengatakan, ia mulai datang ke Solo untuk berjualan sejak, Sabtu (30/7/2022).
"Saya dari Tasikmalaya naik bus, ke Solo bersama 8 rekan, tetapi tempat berjualannya berbeda-beda," kata Urik saat ditemui iNews di lapaknya, Rabu (3/8/2022) pukul 11.00 WIB.
Lelaki paruh baya yang sudah 5 tahun berjualan bendera di simpang lima Mayor Achmadi itu menuturkan, kawan seperjuangannya yang juga berjualan bendera biasanya membuka lapak di sekitar Slamet Riyadi, depan Radio Republik Indonesia (RRI) Solo, dan sejumlah ruas jalan Urip Sumoharjo.
"Selama berdagang di sini, kami mengontrak di Kadipolo, nanti tanggal 15 Agustus pulang bersama lagi," kata Urik.


Walaupun datang bersama-sama, Urik mengatakan kain yang dijual para pedagang berbeda-beda, mulai dari teteron rayon hingga satin.
Oleh karenanya, harga jual bendera di tiap pedagang juga berbeda-beda, tergantung jenis kain dan jahitan yang digunakan.
"Paling murah yang bahannya TC permukaannya mengkilap atau polyester, anti air, dan tidak cepat kusam," paparnya.
Menurut Urik, biasanya pembeli tak selalu mencari yang murah, namun disesuaikan dengan kebutuhannya.
"Ada memang pembeli cari yang mahal tetapi untuk jangka panjang, dan ada juga pilih murah karena cuma untuk sekali pakai," ujar Urik.
Lebih lanjut, ayah lima orang anak itu mengaku, meski pendapatan yang ia peroleh tak menentu, namun cukup untuk makan dan menghidupi keluarga.
Dalam sehari, saat ramai, Urik bisa menjual hingga 50 potong bendera, namun tak jarang pula lapaknya sepi bahkan tak ada pembeli sama sekali.
"Keuntungan per bendera hanya Rp 1.000-2.000 saja, tetapi saya tetap bersyukur, setidaknya tetap cukup untuk menyambung hidup," ujarnya.
Urik menuturkan, tak jarang juga ia mendapat pembeli yang menawarnya cukup "sadis" bahkan hingga 70% dari banderol harga.
"Ya sedih, tapi namanya juga jualan, kalau terlalu jauh nawarnya ya ditolak halus," kata Urik sembari tertawa dan menata dagangannya.
Belum lagi jika hujan tetiba datang, Urik terpaksa memberesi dagangannya secepat kilat dan berteduh di bawah bangunan kosong terdekat.
 



Editor : Anila Dwi

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network