Sukabumi, iNewsPemalang.id - Cerita inspiratif datang dari seorang remaja asal Kabupaten Sukabumi bernama Adia Riswandi (17). Ia merupakan pelajar di salah satu SMA yang berada di Warungkiara, Kabupaten Sukabumi.
Setiap hari, Adia harus berjalan kaki sejauh 10 km dengan menjajakan sayur mayur hasil pertanian orangtuanya. Ia melakukan aktivitas tersebut mulai dari berangkat sekolah hingga pulang sekolah.
"Berangkat berjualan, ya kalau masih ada pulang sekolah jualan lagi," ungkapnya.
Diketahui, Adia melakukan hal tersebut karena ingin membantu ekonomi keluarga.
"Jualan ya karena liat bapak sakit udah 3 tahun akhirnya ibu yang cari uang jadi buruh cuci. Gak tega dari pagi Pulang magrib paling bawa uang 50 ribu. Bersyukur alhamdulillah ibu gak pernah ngeluh terus bersemangat," ucap Adia.
Kemandirian Adia juga telah dikonfirmasi oleh Taufik selaku Ketua Asosisasi Badan Pemusyawaratan Desa (BPD) Kecamatan Warungkiara.
Menurutnya, berjualan sayur juga sempat dilakukan oleh kakak Adia. Namun, ia kemudian bekerja dengan salah satu tetangganya. Sehingga, aktivitas tersebut akhirnya dilanjutkan oleh Adia.
"Sayuran itu ditanam oleh ayahnya, tanahnya hasil dari sewakelola gitu. Bapaknya sakit prostat, dulu nggak bisa jalan, sekarang sudah mulai sembuh sedikit sedikit. Adia berjualan dari kelas 3 SMP dia mulai berjualan. Dulu yang jualan kakanya, dulu jualannya bareng-bareng," kata Taufik.
Di samping itu, Adia mengaku bahwa dirinya hanya mempunyai satu seragam sekolah. Ia kerap menyisihkan penghasilannya sebagai penjual sayur untuk membeli seragam baru.
"Adia hanya punya satu seragam, inisiatif hasil jualan Adia suka menyisihkan uang Rp 5 ribu kadang Rp 2 ribu, ingin punya seragam. Adia berangkat sekolah jam 06.00 WIB pakai seragam ini, berjualan sampai jam 07.30 WIB masuk sekolah. Ketika sayuran masih tersisa Adia melanjukan berjualan pakai seragam ini juga," kata Adia.
"Ketika pulang kalau basah Adia jemur seragam di dekat lampu biar cepat kering, kadang pakai lampu biar buat besok pakai sekolah lagi," imbuhnya.
Namun keinginan Adia nampaknya selalu tergerus oleh kebutuhan dapur. Mau tak mau, ia harus merelakkan tabungannya untuk menyambung makan sehari - hari.
"Mau bagaimana lagi, suka terpakai sama ibu beli beras kadang untuk kebutuhan bekal dan kebutuhan sekolah. Yang paling penting buat adik saya juga, saya nggak mau dia seperti Adia, makanya belikan dia seragam dan peralatan sekolah," ujar Adia.
Tak hanya mandiri, Adia juga merupakan sosok kakak yang sangat menyayangi adiknya.
"Dari kelas 1 SMA memang jarang beli baju. Jauh-jauh dari gaya hidup, lebih penting keluarga Adia. Saya kasihan ke adik jangan sampai seperti Adia, kalau ada rezeki ingin beli semua perlengkapan sekolah adik," ungkapnya.
Lewat perjuangan dan kerja kerasnya, Adia bahkan diundang ke salah satu media inspiratif Jakarta, DAAI TV Indonesia.
Editor : Lazarus Sandya Wella