Pemalang, iNewsPemalang.id - Permainan latto - latto kini tengah digandrungi oleh masyarakat Indonesia. Tak hanya anak - anak, sejumlah orang dewasa pun nampaknya ikut tertarik memainkan permainan yang satu ini.
Terdiri dari dua bola yang diikat dengan tali, latto - latto dinilai sangat melatih konsentrasi para pemainnya.
Lalu bagaimana sejarah permainan tersebut?
Dilansir dari berbagai media, latto - latto ternyata sudah ada sejak zaman dahulu, tepatnya di tahun 1960-an.
Pada awal kemunculannya, latto - latto diketahui terbuat dari kaca. Permainan ini sangat populer di tahun 1970-an, tepatnya di US (Amerika Serikat).
Masyarakat Amerika biasa menyebutnya dengan nama clankers.
Namun pada peredarannya, permainan ini ternyata sempat dilarang oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) dan sejumlah komunitas hingga pejabat sekolahan.
Bukan tanpa alasan, keputusan itu diambil lantaran clankers telah menelan korban jiwa dari serpihan kaca yang pecah dan mengenai wajah si pemain serta orang di sekitarnya.
Sementara itu, penyebaran permainan ini juga telah sampai ke Indonesia. Diketahui, nama latto - latto sendiri berasal dari bahasa Bugis.
Kemudian orang Makassar menyebutnya sebagai katto - katto. Sedangkan di Pulau Jawa, latto-latto lebih sering disebut sebagai etek-etek.
Sempat redup dan tak eksis, latto - latto akhirnya kembali viral dengan perbedaan pada bahan utamanya.
Tepatnya di tahun 1970-1990-an, bahan latto-latto diubah menjadi plastik modern yang tidak akan pecah.
Tentu saja, perubahan bahan utama tersebut membuat latto - latto aman dimainkan oleh masyarakat.
Seiring maraknya penyebaran latto - latto, sejumlah pejabat pemerintah pun kerap terlihat sedang memainkan permainan tersebut, mulai dari Ridwan Kamil hingga Presiden Joko Widodo.
Editor : Sandi