WhatsApp Sudah Terenkripsi, Mengapa Masih Bisa Diintip? Ini Penjelasannya!

JAKARTA, iNewsPemalang.id – Sebuah pernyataan dari CEO Meta, Mark Zuckerberg, baru-baru ini kembali memicu pertanyaan lama: seberapa amankah percakapan kita di WhatsApp? Zuckerberg menyebut bahwa pihak ketiga seperti badan intelijen bisa saja mengakses isi percakapan pengguna.
Banyak yang langsung berpikir tentang "penyadapan", seolah pesan kita dicegat di tengah jalan. Namun, kenyataannya jauh lebih kompleks. Ancaman sebenarnya tidak terletak pada jaringan internet, melainkan pada perangkat yang ada di genggaman kita: ponsel.
Untuk memahaminya, kita perlu membedakan dua konsep utama.
Fitur andalan WhatsApp, end-to-end encryption (E2EE), adalah sebuah benteng digital yang sangat kuat. Zuckerberg menjelaskan, cara kerjanya adalah mengunci pesan sedemikian rupa sehingga hanya pengirim dan penerima yang bisa membukanya.
Bayangkan pesan Anda dimasukkan ke dalam brankas, dikunci, lalu dikirim. Hanya penerima yang memegang kunci untuk membuka brankas itu. Pihak lain—bahkan WhatsApp atau Meta sekalipun—yang mencoba mencegatnya di tengah jalan hanya akan mendapatkan brankas terkunci tanpa bisa melihat isinya. Inilah yang membuat "penyadapan" di jaringan menjadi nyaris mustahil.
Jika pesan aman saat dalam perjalanan, di mana letak celahnya? Jawabannya ada di titik awal dan akhir: ponsel Anda dan ponsel penerima.
Badan intelijen dan peretas canggih tahu bahwa mencoba mendobrak brankas enkripsi adalah pekerjaan sia-sia. Jalan yang lebih mudah adalah dengan "mencuri kunci" atau masuk langsung ke dalam "rumah" tempat brankas itu dibuka. Dalam hal ini, "rumah" itu adalah ponsel Anda.
Caranya adalah dengan menyusupkan spyware (perangkat lunak mata-mata) ke dalam ponsel target. Salah satu yang paling terkenal adalah Pegasus, buatan Israel, yang mampu membobol sistem keamanan ponsel paling canggih sekalipun.
Setelah spyware ini berhasil masuk, ia bisa melihat semua yang ada di ponsel Anda—seolah-olah peretas sedang berdiri di belakang Anda. Ia bisa membaca chat WhatsApp yang sudah terbuka (tidak lagi dalam bentuk terenkripsi), melihat galeri foto, bahkan mengakses mikrofon dan kamera tanpa Anda sadari.
Menyadari risiko inilah, WhatsApp memperkenalkan fitur "pesan sementara" atau disappearing messages. Logikanya sederhana: jika ancamannya adalah data yang tersimpan di ponsel, maka cara terbaik untuk melawannya adalah dengan tidak menyimpan data itu selamanya.
Dengan mengaktifkan fitur ini, jejak percakapan (teks, foto, video) akan terhapus secara otomatis setelah jangka waktu tertentu. Ini secara drastis mengurangi jumlah informasi yang bisa dicuri seandainya ponsel Anda berhasil disusupi spyware.
Seperti kata Zuckerberg, kombinasi pesan yang terenkripsi saat dikirim dan bisa menghilang setelah diterima adalah standar emas baru untuk privasi dan keamanan digital saat ini.
Editor : Aryanto