PEMALANG, iNews.id - Ratusan koleksi benda pusaka atau tosan aji dengan harga bervariasi dipamerkan dan dijual di Pameran Keris.
Acara yang digelar dalam rangka memperingati Ulang Tahun Musium Keris Jumat (5/8/2022) hingga Minggu (7/8/2022) itu diikuti 25 kolektor benda pusaka dari berbagai daerah.
Seorang penjual keris, Oke Sanjaya mengatakan, secara umum berdasarkan bentuk, ada 2 jenis yang ditawarkan.
Adapun bentuk yang dimaksud yakni keris lajer (lurus) dan Luk (berkelok)
"Jenisnya untuk yang lajer sebenarnya masih banyak lagi, tidak terhitung, yang paling populer ada Tilam Sari, Tilamupih, Sepuh Tuban," kata Sanjaya saat ditemui iNews di Pameran Keris, Minggu (7/8/2022) pukul 12.00 WIB.
Sedangkan untuk Luk, sambung Sanjaya, dihitung sesuai jumlah lekukannya.
"Ada Luk 3,7,9,12, itu yang umum," paparnya.
Menurut Sanjaya, faktor selain bentuk yang biasanya diperhatikan pembeli adalah pamor keris.
"Semakin pamornya terlihat jelas, biasanya harga akan semakin mahal," ujarnya.
Terkait pamor, Sanjaya mengatakan, ada beberapa jenis yang populer, seperti beras wutah, Udan Mas, Nagagini, Junjung Drajat, dan masih banyak lagi.
Lebih lanjut, Sanjaya menuturkan, harga keris yang dibanderol di lapak Sanjaya juga cukup bervariasi, mulai dari Rp 1.000.000 hingga Rp 10.000.000.
"Harga tersebut dipertimbangkan berdasarkan bentuk, pamor, usia, dan kinatahnya," ujarnya.
Untuk diketahui, kinatah merupakan aksesoris atau hiasan pada bilah keris berupa emas, atau logam mulia lain.
Pedagang yang sudah puluhan tahun menggeluti dunia tosan aji tersebut mengaku, selain menjual, ia juga menerima jasa perawatan keris.
"Mulai dari dijamasi (dicuci), hingga diwarangi supaya nampak pamornya," ujarnya.
Sebagai informasi, proses mewarang adalah mengawetkan bilah keris ataupun tombak agar tidak cepat rusak dan berkarat menggunakan unsur kimia arsenikum.
"Proses perawatan harganya juga bermacam-macam, mulai dari Rp 200.000," ujar Sanjaya.
Kepada iNews Sanjaya menceritakan, target pasarnya juga beragam, ada juga yang sudah langganan atau memang kolektor benda pusaka.
"Dijual lewat online juga ada, tetapi memang lebih banyak yang beli secara langsung," katanya.
Editor : Anila Dwi
Artikel Terkait