PEMALANG. iNews.id - Dalam sebuah postingan di media sosial usai kembali ke tanah air Jumat (3/6/2022), Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil menuliskan sebuah puisi sarat makna untuk melepas kepergian putra sulungnya Emmeril Kahn Mumtadz.
Kang Emil juga mengirimkan sebuah video singkat sewatu melakukan Shalat Gaib dan melepas Eril dengan kartu ucapan dan beberapa tangkai bunga mawar di tepian Sungai Aare.
Sedih yang sangat mendalam, bisa dirasakan dari potongan suara Kang Emil sewaktu mengumandangkan adzan di tepi Sungai Aare. Gemericik air menambah suasana haru nan penuh damai melepas kepergian Eril.
Kang Emil menuliskan sebuah puisi untuk melepas kepergian Eril. Sebuah puisi yang menggambarkan sikap pasrah dan ikhlas dengan segala takdir yang telah terjadi. Sebagai sesama makhuk Tuhan, dirinya 'menitipkan' Eril kepada Sungai Aare.
'Wahai Sungai Aare
Sebagai sesama makhluk Allah SWT, aku titipkan jasad anak kami kepadamu.
Sudah kukumandangkan adzan terbaikku di tepi batasmu..
Bahagiakan dia dalam keindahanmu.
Selimuti dia dalam kehangatanmu.
Lindungi dia dalam kemegahanmu.
Sucikan dia dalam jernihmu.
Jadikan doa-doa kami mejadi cahaya penerang jasad syahidnya di dasarmu.
Engkau sudah ditakdirkan sebagai tempat terindah dan terbaik baginya untuk bertemu dengan pemilik dan peindung sejatinya, Allah SWT.
Berjanjilah padaku, wahai Sungai Aare.'
Usai menulis puisi tersebut, Kang Emil juga mengatakan secara resmi melepas dan mengaku ikhlas atas berpulangnya Emmeril Kahn Mumtadz. Dirinya memohon maaf jika ada kesalahan yang Eril lakukan selama hidup.
Keluarga akan mengadakan doa bersama pada Sabtu (4/6/22) siang di kediaman Kang Emil di Gedung Pakuan Bandung selepas shalat dzuhur. Kang Emil juga mengundang masyarakat untuk hadir dalam acara doa bersama tersebut.
Untuk pencarian Eril sendiri akan terus dilakukan hingga batas waktu yang tidak ditentukan.
Selamat jalan Emmeril Kahn Mumtadz..
Redaksi iNewsPemalang.id mengucapkan turut berduka cita yang sedalam-dalamnya, semoga Eril bahagia dan kekal abadi di sisi Tuhan Yang Maha Esa.
Editor : Lazarus Sandya Wella
Artikel Terkait