PEMALANG, iNews.id - Ketika harga makanan melonjak di seluruh dunia, PBB memperingatkan bahwa perang di Ukraina berisiko memperburuk harga dan menyebabkan krisis pangan global.
Indeks harga pangan Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO), alat untuk mengukur harga bahan makanan yang paling banyak diperdagangkan secara global, turun pada Mei untuk bulan kedua berturut-turut setelah mencapai rekor pada Maret, kata badan PBB pada Jumat (03/06).
Meskipun mengalami penurunan, indeks Mei menunjukkan harga 22,8 persen lebih tinggi dibandingkan dengan tahun sebelumnya, didorong lebih tinggi oleh kekhawatiran atas invasi Rusia ke Ukraina.
Luca Russo, analis utama FAO mengungkapkan untuk krisis pangan, bahwa ketika invasi Rusia ke Ukraina membuat harga energi lebih tinggi, biaya pengiriman bantuan juga meningkat.
Risiko krisis pangan yang parah terutama dirasakan di negara berkembang, ia memperingatkan.
“Pertama-tama, ini bukan krisis baru. Jumlah orang yang menghadapi kerawanan pangan yang parah telah meningkat secara dramatis dalam enam tahun terakhir. PBB telah melihat banyak kemajuan dalam mengurangi jumlah orang yang menghadapi kelaparan dalam 20 tahun terakhir.
Tetapi ada tren yang berbalik di sekitar 20, 30 negara dalam beberapa tahun terakhir,” ungkap Russo. Dilansir dari Aljazeera.com
“Kenaikan harga gandum, jagung dan bahan bakar berarti bahwa dengan uang yang sama kita dapat memberikan bantuan yang jauh lebih sedikit,” sambung Russo.
Editor : Anila Dwi
Artikel Terkait