get app
inews
Aa Read Next : Aneh tapi Nyata! Sudah 3 Tahun Tumbang, Pohon Beringin di Jalur Pantura Pemalang Masih Hidup

Sering Ngerasa Ketindihan Saat Tidur? Bukan Karna Setan! Berikut Penjelasan Ilmiahnya

Minggu, 19 Juni 2022 | 19:00 WIB
header img
Sering mengalami ketindihan? bukan karena setan, berikut penjelasan ilmiahnya // Sumber Foto: iStockPhoto.com

PEMALANG, iNews.id - Ketindihan atau nama ilmiahnya disebut dengan sleep paralysis, adalah kondisi seseorang yang susah bangun dan terkunci namun di dalam tidur bisa berteriak. 

Ketika bisa melepas semuanya kita akan merasa sesak napas dan terengah-engah. 

Kondisi ini hanya berlangsung beberapa detik sampai beberapa menit.

Ketindihan bisa dialami semua orang mulai dari anak-anak sampai dewasa.

Banyak yang bilang bahwa hal ini ada gangguan makhluk halus.

Tetapi hal tersebut keliru, berikut penjelasan secara ilmiahnya dilansir dari Website Alodokter.

Secara umum, ketindihan dapat terbagi menjadi dua jenis, yaitu hypnopompic sleep paralysis dan hypnagogic sleep paralysis. Berikut ini adalah penjelasannya:

Hypnopompic sleep paralysis

Saat tidur, tubuh akan mengalami dua fase, yaitu fase NREM (non-rapid eye movement) dan REM (rapid eye movement). Fase NREM ditandai ketika tubuh mulai terasa lebih rileks dan mata pun mulai terpejam. Setelah itu, fase ini akan beralih ke fase REM.

Ketika fase REM dimulai, mata akan bergerak cepat dan mimpi akan muncul. Seluruh otot tubuh pun tidak aktif sehingga tidak bisa digerakkan. Nah, fenomena ketindihan terjadi bila Anda terbangun pada fase ini.

Akibatnya, otak tidak siap untuk mengirimkan sinyal bangun sehingga tubuh sulit digerakkan, tetapi Anda sudah membuka mata dan tersadar.

Saat mengalami ketindihan, Anda akan merasakan adanya tekanan sehingga membuat Anda sulit bernapas. Tidak jarang pula muncul sensasi lain, misalnya merasa ada sosok lain di dekatnya. Kondisi ini merupakan jenis halusinasi yang sering kali menyertai fenomena ketindihan.

 

Hypnagogic sleep paralysis

Berbeda dengan hypnopompic sleep paralysis yang terjadi dari fase tidur ke fase bangun, hypnagogic sleep paralysis terjadi dari fase bangun ke fase tidur.

Saat menjelang tidur, tubuh secara perlahan akan kehilangan kesadarannya. Orang yang mengalami hypnagogic sleep paralysis seakan-akan masih tersadar sehingga masih dapat merasakan hal-hal di sekitarnya, tetapi tidak dapat berbicara atau menggerakkan tubuh.

 

Cara Mencegah dan Mengatasi Ketindihan

Setiap orang memiliki kemungkinan mengalami ketindihan. Tidak ada perbedaan antara pria dan wanita. Ada yang mengalami ketindihan 1–2 kali saja seumur hidup, tetapi ada juga yang mengalaminya beberapa kali dalam satu bulan atau bahkan lebih sering.

Meski demikian, ada beberapa cara yang dapat Anda lakukan untuk mencegah ketindihan, antara lain:

Memastikan waktu tidur yang cukup yaitu sekitar 6–8 jam setiap malamnya

  • Menciptakan lingkungan tidur yang nyaman
  • Menghentikan penggunaan gadget minimal 1 jam sebelum tidur
  • Membiasakan diri untuk tidur dan bangun pada jam yang sama secara teratur

Menerapkan pola hidup sehat juga dapat mengurangi risiko terjadinya sleep paralysis, seperti berolahraga secara teratur, mengurangi konsumsi kafein dan minuman beralkohol, serta menghentikan kebiasaan merokok.

 

Tanda-Tanda Ketindihan yang Perlu Diwaspadai

Kelumpuhan saat tidur sering kali menghilang dengan sendirinya dan tidak membutuhkan penanganan khusus. Namun, segera periksakan diri ke dokter bila Anda mengalami hal-hal berikut ini:

  • Rasa cemas atau khawatir berlebihan
  • Tubuh terasa lemas dan lelah sepanjang hari
  • Tidak tidur semalaman

Dokter biasanya akan mengatasi kondisi tersebut dengan pemberian obat antidepresan. Namun, penggunaan obat-obatan ini hanya boleh dilakukan sesuai petunjuk dan di bawah pengawasan dokter.

Nah, sekarang kamu sudah mengetahui penjelasan secara medis dari fenomena ketindihan. Jauh banget dari kesan mistis, kan? Jadi, kamu gak perlu takut.

Meski begitu, jika ketindihan masih terus kamu alami, semakin sering, dan dirasa sangat mengganggu, konsultasikan ke dokter agar dapat dilakukan pemeriksaan dan penanganan yang tepat.

Editor : Anila Dwi

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut