get app
inews
Aa Read Next : H+3 Libur Lebaran, Kondisi Arus Lalin di Jalur Pemalang Selatan Dipadati Kendaraan ke Obyek Wisata

Mengenal Isa Ansori, Warga Pemalang yang Menyelamatkan 78 Mata Air Hingga dapat Kalpataru

Selasa, 05 Juli 2022 | 07:10 WIB
header img
Isa Ansori, Warga Pemalang Selatan yang dapat Kalpataru/Dok.Pemprov Jateng

PEMALANG, iNews.id - Seorang warga Pemalang Selatan, Isa Ansori (58) mendapat penghargaan Kalpataru atas jasanya merawat hutan dan menyelamatkan 78 titik sumber mata air di daerahnya.

Meski usianya tak lagi muda, laki-laki paruh baya itu masih gigih naik turun gunung dan keluar masuk hutan di wilayah Kecamatan Belik, Kabupaten Pemalang, untuk melakukan penyelamatan lingkungan hidup.

Atas jasa dan kegigihannya merawat hutan sejak 19990 tersebut, warga di tiga desa terpenuhi kebutuhan air bersih.

Tak sampai di situ saja, Ansori juga membentuk Komunitas Pecinta Alam Shabawana.

Melalui komunitas itu, ia aktif melakukan konservasi hutan di wilayah Kecamatan Belik, atau Pemalang Selatan.

Tak heran, jika pria kelahiran 1 Mei 1964 itu beberapa kali mendapat penghargaan terkait lingkungan hidup, dan yang terakhir adalah Penghargaan Kalpataru sebagai perintis, pengabdi, penyelamat dan pembina lingkungan hidup 2022, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

"Wilayah Pemalang Selatan mengalami degradasi hutan di medio 1990, yang mengakibatkan kelangkaan air bersih. Warga terpaksa mengeluarkan uang untuk mendapatkan pasokan air bersih.

Dari keprihatinan itulah Isa Ansori memilih keluar masuk hutan dan naik turun gunung, untuk mendapatkan titik sumber mata air" kata Ansori seperti dalam keterangan tertulisnya.

Lebih lanjut Ansori menjelaskan, dirinya pertama mendirikan Komunitas Pecinta Aalam Shabawana, itu embrio pecinta alam di Pemalang, dibantu juga sebagian kelompok tani hutan. Yang pertama ke wilayah terdekat sumber ada gak sih, baru saya ke lokasi observasi ke lapangan, lalu dilakukan untuk penananam pohon.

Hal itu dilakukan sejak 1990, karena di wilayahnya mulai sering mengalami kekeringan. Warga kesulitan mendapatkan air bersih bahkan sampai kurun waktu empat sampai sembilan bulan, terutama di musim kemarau.

“Saat itu, sekitar 80 persen warga beli air. Mulai 1990 itu intens melakukan penyelamatan sumber mata air sampai sekarang,” tuturnya.

Editor : Anila Dwi

Follow Berita iNews Pemalang di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut