"Doa-doa itu sangat bermanfaat, tapi kalau yang sifatnya konten-konten, pamer-pamer itu jelas sulapan. Tidak mungkin kiai seperti itu. Kiai itu justru sembunyi. Kiai enggak mau mempertontonkan yang seperti itu, takut riya," ucap Gus Fahrur dikutip Selasa (2/8/2022).
Gus Fahrur juga menyoroti Samsudin yang kerap mengenakan jubah dan serban layaknya seorang kiai. Dia huga mengingatkan kiai senang menyebarkan kebaikan dan menolong orang dengan ikhlas tanpa imbalan.
"Itu (Samsudin) jelas (demi) konten lah. Orang enggak bisa ngaji pakai serban, pakai jubah, itu kan jelas kontennya. Kita harus hati-hati. Kalau dia kiai, ngajar di pesantren, salat 5 waktu, hajinya bagus, itu doanya manjur percaya kita, karena ibadahnya tertib. Tapi kalau orang itu enggak shalat, enggak ibadah, terus kerjanya cuma ngonten, jangan dipercaya," ucapnya.
Gus Fahrur berpesan agar masyarakat tidak mudah melabeli suatu penyakit dengan sebutan nonmedis sebab semua penyakit itu urusan medis.
"Guru saya, Gus Maksum Lirboyo itu sangat menolak kalau dikit-dikit dibilang kena sihir. Itu Gus Maksum enggak percaya. Ada orang perutnya kembung dibilang kena santet, padahal orang liver juga perutnya juga kembung," katanya. Gus Fahrur menegaskan pengobatan alternatif boleh saja ditempuh, tetapi jangan sampai dijadikan sebagai opsi pertama. Sebab semua penyakit harus terlebih dulu dikonsultasikan secara medis ke dokter.
Editor : Vitrianda Hilba SiregarEditor Jakarta