Setelah siap, Nurochim lantas membentuk tanah liat itu menjadi beragam produk. Pembuatan produk gerabah itu dilakukan secara manual, dengan menggunakan semacam piring yang diputar menggunakan kaki.
Gerabah yang telah terbentuk selanjutnya dijemur dan diberi pewarna atau dicat. Untuk pewarnanya, digunakan tanah merah sehingga benar-benar alami.
Produk gerabah selanjutnya dibakar, dengan menggunakan jerami dan kayu bakar. Para pengrajin pun biasa menyetok jerami pada saat musim panen padi tiba di sawah.
Setelah selesai, gerabah itu selanjutnya dikumpulkan terlebih dulu. Biasanya hingga mencapai 1000 buah lebih dalam waktu sekitar satu bulan. Selanjutnya, hasil produk gerabah dijual sendiri, dan ada juga yang pesanan dari luar daerah seperti Tegal, Pekalongan, Brebes dan Batang.
Menurut Anwaryono, usaha kerajinan gerabahnya tetap eksis meski dilanda pandemi Covid-19.
‘’Gerabah tetap jalan terus dan tetap laku,’’ ucapnya.
Editor : Aryanto