PEMALANG, iNews.id - Awal berkembangnya Islam sekitat tahun 1500-1586 di tanah Jawa banyak meninggalkan sejarah, salah satunya tentang Syekh Pandan Jati di Bantarbolang, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah.
Jejak sejarah perjuangan para Wali menyebarkan Islam di Kabupaten Pemalang sampai sekarang masih dapat dilihat. Banyak tokoh ulama masyhur yang namanya tak lekang dimakan waktu hingga saat ini, seperti Mbah Bantarbolang, Syekh Pandan Jati dan Syekh Palintaran.
Makam dan tempat petilasan ketiga nama tokoh itu berada di Desa Bantarbolang, Kecamatan Bantarbolang, dan sampai saat ini masih ramai dikunjungi banyak peziarah.
Lokasinya yang strategis di dekat jalan raya Randudongkal-Pemalang sangat mudah dijangkau. Bagi peziarah yang datang dengan kendaraan umum, bisa turun di depan Pasar Bantarbolang, karena komplek makam tersebut tepat berada di depannya, sekitar 1 kilometer.
Mbah Bantarbolang oleh masyarakat sekitar diyakini sebagai leluhur, mempunyai dua orang murid, yakni Syekh Pandan Jati dan Syekh Palintaran.
"Makamnya selalu ramai diziarahi, terlebih hari Kamis Wage menjelang Jumat Kliwon," kata Slamet, salah satu pengurus makam Syekh Pandan Jati, Kamis (9/3/2023).
Dari ketiga makam tersebut, makam Syekh Pandan Jati yang paling ramai diziarahi, karena diyakini sebagai salah seorang tokoh dari Mataram.
Beberapa sumber menyebut, Syekh Pandan Jati adalah seorang pembesar Kerajaan Mataram yang konon dituduh melakukan korupsi dan dihukum seumur hidup, lalu pergi mengasingkan diri ke wilayah barat, tepatnya di kawasan hutan Bantarbolang.
Singkat cerita, kemudian dia bertemu Mbah Bantarbolang dan diizinkan tinggal di rumahnya. Meyakini bahwa Syekh Pandan Jati adalah orang yang baik, akhirnya diangkat menjadi muridnya. Bersama murid Mbah Bantarbolang lainnya yaitu Syekh Palintaran, Syekh Pandan Jati digembleng menjadi pribadi yang sangat tangguh secara lahir dan batin.
Setelah keduanya mewarisi ilmu dari Mbah Bantarbolang, dan menjadi orang sakti yang konon mampu menerawang sebuah peristiwa yang akan terjadi di masa yang akan datang, keduanya pun diuji oleh sang guru, guna mencari penerus pemimpin Padepokan.
Dengan diam-diam, Mbah Bantarbolang meninggalkan Padepokan, dengan maksud untuk memberikan kesempatan kepada kedua muridnya, yaitu Syekh Pandan Jati dan Syekh Palintaran untuk memimpin Padepokan secara bersama-sama.
Namun, kepergian Mbah Bantarbolang membuat mereka merasa kehilangan. Semua muridnya berusaha mencarinya. Syekh Pandan Jati yang memiliki mata batin lebih tajam dari murid yang lain, akhirnya berhasil menemukan keberadaan gurunya.
Makam Syekh Pandan Jati di Desa Bantarbolang, Kecamatan Bantarbolang, Kabupaten Pemalang, ramai oleh peziarah dari luar daerah. Foto: Istimewa
Semua murid di Padepokan itu meminta Mbah Bantarbolang untuk kembali, namun beliau tidak mau, dan meminta kepada Syekh Pandan Jati untuk memimpin Padepokannya. Sebagai murid yang berbakti, Syekh Pandan Jati pun melaksanakan titah sang guru untuk memimpin Padepokan tersebut, hingga akhir hayatnya.
Sebagian masyarakat menyebut bahwa di tempat itu (Makam Syekh Pandan Jati) hanyalah sebuah petilasan, dan sebagian lagi meyakini bahwa itu adalah makam Syekh Pandan Jati.
Berdasar dari beberapa sumber, konon Syekh Pandan Jati berkelana ke wilayah selatan untuk menyebarkan agama Islam, dan kemudian kembali ke Mataram, dan diterima di Mataram setelah diketahui bahwa tuduhan korupsi kepadanya itu keliru atau tidak benar.
Editor : Aryanto