get app
inews
Aa Text
Read Next : Dari Barak Turun ke Desa: Pasukan Kodim 0711 Pemalang Siap Bangun Jalan dan Irigasi Desa Wanarata

"Pertempuran Watukumpul": Kisah Heroik Korps Marinir Usir Belanda dan Ledakan Jembatan Wanarata

Kamis, 07 Agustus 2025 | 10:32 WIB
header img
Taman Makam Pahlawan Jayana Sureng Yudha, Desa Penggarit Pemalang. Foto: Dok.net

PEMALANG, iNewsPemalang.id – Di tengah sejuknya hawa pegunungan dan lebatnya pepohonan yang menaungi Taman Makam Pahlawan Jayana Sureng Yudha, Desa Penggarit, tersimpan kisah heroik yang nyaris terlupakan. Tempat peristirahatan terakhir para pejuang ini bukan sekadar kompleks makam—ia adalah prasasti abadi dari salah satu babak paling bergelora dalam sejarah perjuangan Korps Marinir Republik Indonesia.

Desa Penggarit, Pemalang, bukan desa biasa. Di tanah inilah, darah dan nyawa dikorbankan demi tegaknya kemerdekaan. Pada Desember 1948, saat Belanda melancarkan Agresi Militer II dengan membombardir Yogyakarta, pasukan Corps Mariniers Corps Armada IV—yang dikenal sebagai Resimen Samudera—mendapat perintah untuk bergerak cepat dari wilayah Temanggung-Parakan menuju jantung perlawanan baru: wilayah Sub Wehrkreise Slamet-V (SWKS V) yang meliputi Pemalang, Pekalongan hingga Batang.

Dipimpin oleh Mayor R. Soehadi dan Kapten Ali Sadikin sebagai Wakil Komandan sekaligus Perwira Operasi, pasukan Resimen Samudera menembus jalur-jalur terjal pegunungan mulai dari Sundoro, Prau, Rogojembangan, hingga kaki Gunung Slamet. Dalam operasi gerilya yang dikenal dengan Wingate Action, para marinir ini menyusup ke garis belakang lawan dengan semangat membaja.

Pertempuran Watukumpul: Awal Perlawanan Sengit

Januari 1949 menjadi saksi bisu saat seluruh pasukan tiba di Watukumpul, Pemalang Selatan. Di sinilah terjadi bentrokan besar dengan tentara Belanda. Pertempuran Watukumpul meletus dengan sengit, menjadi titik balik perlawanan Korps Marinir di wilayah barat Jawa Tengah. 

Pertempuran hebat para pejuang melawan pasukan Belanda ini dikenal dengan Pertempuran Watukumpul.

Usai pertempuran, pasukan bergerak menuju Simpang Tiga lalu ke Desa Wanarata, Kecamatan Bantarbolang. Di sinilah salah satu strategi gerilya paling berani dilakukan, jembatan besar di atas Sungai Desa Wanarata diledakkan, menghambat laju tank dan konvoi tentara pendudukan.

Strategi Gerilya dan Serangan Balasan

Kapten Ali Sadikin memegang kendali sebagai Komandan Sektor. Di bawah komandonya, Grup A yang dipimpin Letnan Moch. Joenoes—diperkuat tokoh-tokoh perlawanan seperti Santoso, Soemardi P, J. Soejoe, Soetjipto Hadi, dan Djapar—melancarkan serangan demi serangan.

Mereka menyapu bersih pos Belanda di Desa Beji, menyergap patroli musuh di Jatibarang, hingga menyerbu Kota Pemalang. Puncaknya, Maret 1949, Grup A menggencarkan Gerakan Pembersihan I, II, dan III di sepanjang wilayah Randudongkal hingga Pegiringan. Gerilya tak pernah tidur.

Serangan Balasan Belanda di Penggarit

Namun kejayaan gerilya tak luput dari radar intelijen Belanda. Akhir Maret 1949, pasukan CM memusatkan kekuatan di Desa Penggarit untuk konsolidasi. Tak lama, pada April 1949, Belanda melancarkan operasi besar-besaran menyerbu Penggarit.

Editor : Aryanto

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut