Menilik Makam Keramat Syeikh Maulana Syamsuddin di Pantai Tanjungsari: Penjaga Laut Pemalang

PEMALANG, iNewsPemalang.id – Di balik riuhnya debur ombak Pantai Widuri, tersimpan jejak spiritual dan sejarah perjuangan dakwah Islam yang hingga kini masih dikenang. Sosok itu adalah Syeikh Maulana Syamsuddin, atau yang lebih dikenal masyarakat sebagai Ki Jogo Segoro dan Mbah Keramat, seorang ulama karismatik yang berperan besar dalam penyebaran Islam di pesisir utara Pulau Jawa pada abad ke-18.
Ulama Berdarah Nabi dan Ahli Strategi Laut
Nama lengkapnya adalah Sayyid Hasan Syamsuddin bin Awwadh Al-Alawi, lahir sekitar tahun 1700 M (1100 H). Ia hidup sezaman dengan Sri Sultan Hamengkubuwana I (1717–1792 M), dan berasal dari garis keturunan mulia yang dipercaya bersambung hingga kepada Rasulullah, melalui jalur Syekh Abdul Qadir al-Jailani serta Sayyidah Aisyah dan Ali bin Abi Thalib.
Gelar-gelar kehormatan seperti Syarifuddin (kemuliaan agama), Hasanuddin (keindahan agama), dan Syamsuddin (mentari agama) menunjukkan keilmuan dan kebijaksanaannya. Julukan Ki Jogo Segoro, yang berarti Penjaga Laut, mencerminkan keahliannya dalam strategi kelautan dan pertahanan pesisir, sebuah keahlian penting di masa itu untuk menghalau ancaman dari laut.
Di kalangan masyarakat, beliau lebih akrab disapa Mbah Keramat—sebuah sebutan yang merujuk pada kedalaman spiritual dan karomah yang diyakini dimilikinya oleh para pengikut dan santri.
Pejuang Dakwah yang Gugur di Jalan Tugas
Syeikh Maulana Syamsuddin dikenal sebagai penyebar ajaran Islam yang aktif dalam jaringan dakwah pasca-era Wali Songo. Wilayah dakwahnya mencakup kawasan pesisir Pemalang yang saat itu merupakan jalur perdagangan penting sekaligus pintu masuk budaya luar.
Dalam satu versi kisah yang beredar turun-temurun, beliau wafat ketika menjalankan tugas penting dari Syekh Maulana Maghribi, yakni mengantarkan surat kepada Sunan Gunung Jati di Cirebon. Dalam perjalanan tersebut, beliau dikisahkan tewas akibat serangan perampok, sebuah kematian yang dikenang sebagai syahid dalam perjuangan dakwah.
Makam Keramat di Tepi Laut
Makam beliau kini berada di kawasan Pantai Widuri atau Tanjungsari, Kelurahan Sugihwaras, Pemalang. Lokasi ini bukan sekadar tempat peristirahatan terakhir, tetapi dahulu juga merupakan padepokan tempat beliau mengajar para santri dan menyebarkan ajaran Islam.
Kompleks makam telah berkembang menjadi salah satu tujuan ziarah utama di Jawa Tengah. Fasilitas yang tersedia meliputi masjid, kamar mandi, hingga bilik penginapan bagi peziarah yang ingin bermalam. Menjelang bulan Ramadhan, kawasan ini ramai dikunjungi oleh ribuan peziarah dari berbagai penjuru, bahkan hingga luar Pulau Jawa.
Warisan Spiritual dan Kultural
Nama Syeikh Maulana Syamsuddin tidak hanya hidup dalam nisan dan doa para peziarah, tetapi juga menjadi bagian penting dalam sejarah Islam di pesisir utara Jawa. Dari ilmu, karomah, hingga perjuangannya, beliau meninggalkan jejak yang terus menginspirasi generasi.
Di tengah modernisasi dan derasnya arus globalisasi, kisah perjuangan dan spiritualitas beliau menjadi pengingat bahwa Islam di Nusantara tumbuh bukan hanya dari kekuatan senjata, tetapi dari ketulusan dakwah, pengabdian, dan kearifan lokal.
Profil Singkat Syeikh Maulana Syamsuddin
Mengenang ulama bukan sekadar mengenang masa lalu, tetapi merawat warisan nilai dan kebijaksanaan yang tetap relevan sepanjang zaman.
Editor : Aryanto