Walaupun datang bersama-sama, Urik mengatakan kain yang dijual para pedagang berbeda-beda, mulai dari teteron rayon hingga satin.
Oleh karenanya, harga jual bendera di tiap pedagang juga berbeda-beda, tergantung jenis kain dan jahitan yang digunakan.
"Paling murah yang bahannya TC permukaannya mengkilap atau polyester, anti air, dan tidak cepat kusam," paparnya.
Menurut Urik, biasanya pembeli tak selalu mencari yang murah, namun disesuaikan dengan kebutuhannya.
"Ada memang pembeli cari yang mahal tetapi untuk jangka panjang, dan ada juga pilih murah karena cuma untuk sekali pakai," ujar Urik.
Lebih lanjut, ayah lima orang anak itu mengaku, meski pendapatan yang ia peroleh tak menentu, namun cukup untuk makan dan menghidupi keluarga.
Dalam sehari, saat ramai, Urik bisa menjual hingga 50 potong bendera, namun tak jarang pula lapaknya sepi bahkan tak ada pembeli sama sekali.
"Keuntungan per bendera hanya Rp 1.000-2.000 saja, tetapi saya tetap bersyukur, setidaknya tetap cukup untuk menyambung hidup," ujarnya.
Urik menuturkan, tak jarang juga ia mendapat pembeli yang menawarnya cukup "sadis" bahkan hingga 70% dari banderol harga.
"Ya sedih, tapi namanya juga jualan, kalau terlalu jauh nawarnya ya ditolak halus," kata Urik sembari tertawa dan menata dagangannya.
Belum lagi jika hujan tetiba datang, Urik terpaksa memberesi dagangannya secepat kilat dan berteduh di bawah bangunan kosong terdekat.
Editor : Anila Dwi
Artikel Terkait