Ia mengaku bahwa dirinya hanya mengetahui saat Belanda dilanda bencana banjir. Penantian panjang pun dilakoni Sumarni dengan modal kepercayaan.
Ia senantiasa teringat dengan ucapan Mocharam agar tak selalu menggunakan perasannya melainkan dengan pikirannya.
Selama tahun 1951-1977 Sumarni menghadapi banyak cobaan. Ia bahkan sempat beberapa kali dijodohkan. Namun, hal itu tak pernah dihiraukannya.
Setiap kali ditanya, 'bagaimana jika Mocharam sudah berkeluarga di Belanda?' Sumarni justru selalu menjawab “calonnya itu orang yang terbuka dan tidak ada satupun yang ditutupinya, dan ia percaya tunangannya".
Menurut Sumarni, pernikahan itu diibaratkan lotre. Sekali salah pilih, maka akan seterusnya demikian. Maka dari itu, untuk mengisi waktu luangnya Sumarni pun menekuni hobi melukisnya.
Ia juga bekerja di salah satu perusahaan swasta hingga akhirnya bekerja di kantor pemerintah Dirjen Tekstil.
Editor : Lazarus Sandya Wella
Artikel Terkait