Lebih lanjut, Lukman menambahkan bahwa data ekonomi China yang menunjukkan pelemahan turut membebani kinerja sejumlah mata uang Asia, termasuk rupiah, karena kuatnya keterkaitan ekonomi di kawasan.
Terkait faktor domestik, ia menyoroti dampak dari kebijakan stimulus ekonomi yang diumumkan pemerintahan Presiden Prabowo Subianto. Menurutnya, kebijakan tersebut bersifat ekspansif dan cenderung menekan nilai tukar dalam jangka pendek.
"Stimulus ekonomi yang bersifat pelonggaran fiskal biasanya memberi tekanan jangka pendek terhadap mata uang, namun berpotensi mendukung pertumbuhan ekonomi dan menguatkan sentimen jangka panjang," pungkasnya.
Editor : Aryanto
Artikel Terkait