Cuaca Ekstrem Ancam Pemalang: Banjir, Rob, dan Longsor Jadi Ancaman Nyata

Aryanto
Intensitas hujan tinggi masih mendominasi di wilayah Kabupaten Pemalang, Rabu (17/9/2025). Foto: Istimewa/Aryanto

PEMALANG, iNewsPemalang.id – Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah, tengah menghadapi tekanan serius akibat cuaca ekstrem. Intensitas hujan tinggi, banjir, rob (banjir pesisir), dan longsor dilaporkan terus terjadi dalam beberapa bulan terakhir. Laporan dari BMKG dan BPBD Pemalang menunjukkan bahwa kondisi ini bukan sekadar potensi, tapi telah menimbulkan dampak nyata di berbagai sektor.

Hujan Lebat dan Peringatan Dini BMKG

BMKG secara rutin mengeluarkan peringatan dini untuk wilayah Pemalang, yang masuk dalam zona rawan cuaca ekstrem. Pada akhir Januari 2025, daerah ini berada dalam status awas untuk curah hujan tinggi. Hujan intens menyebabkan debit air sungai meningkat drastis.

Sungai Meluap, Rob Mengancam

Luapan sejumlah sungai besar, termasuk Sungai Comal, menyebabkan banjir di beberapa kecamatan seperti Comal, Petarukan, dan Ulujami. Selain itu, wilayah pesisir Pemalang juga dihantui banjir rob, terutama saat fase bulan purnama dan pasang laut tinggi. BMKG mencatat adanya peningkatan tinggi muka air laut yang berdampak pada pemukiman dan aktivitas ekonomi pesisir.

Longsor Rusak Infrastruktur

Hujan lebat di wilayah perbukitan memicu tanah longsor dan pergerakan tanah. Salah satu titik terdampak terjadi di Kecamatan Watukumpul, di mana akses jalan desa Wisnu–Majakerta rusak parah sepanjang 200 meter akibat longsor.

Dampak Meluas: Dari Keselamatan Warga hingga Kerugian Ekonomi

1. Masyarakat dan Keselamatan:

Evakuasi warga dilakukan di desa-desa terdampak banjir, seperti Desa Pesantren. Aktivitas sehari-hari terganggu dan risiko keselamatan meningkat di kawasan rawan longsor.

2. Infrastruktur:

Selain jalan desa yang rusak, sejumlah fasilitas vital ikut terdampak. Pintu air Bendungan Nambo sempat berada di level awas akibat tingginya debit air.

3. Lingkungan:

Longsor dan banjir menyebabkan erosi, sedimentasi sungai, hingga kerusakan vegetasi. Aliran sungai yang tersumbat memperparah genangan.

4. Ekonomi Lokal:

Nelayan dan petani di pesisir mengalami kerugian akibat rob. Tambak, lahan garam, dan usaha perikanan terganggu. Beberapa desa membutuhkan bantuan logistik dan pangan darurat.

Faktor Pemicu

BMKG mengidentifikasi beberapa penyebab utama cuaca ekstrem di Pemalang:

  • Musim hujan tropis, dengan curah hujan tinggi dalam periode tertentu.
  • Sirkulasi siklonik dan belokan angin di Samudra Hindia selatan Jawa meningkatkan pembentukan awan hujan.
  • Topografi labil, dengan daerah lereng dan sungai yang rentan longsor dan banjir.
  • Pasang laut tinggi akibat fase bulan purnama memicu rob di kawasan pesisir.

Rekomendasi Mitigasi

Menghadapi risiko ini, sejumlah langkah perlu diambil:

  • Peningkatan sistem peringatan dini oleh BMKG dan BPBD, termasuk edukasi publik soal jenis peringatan.
  • Penataan DAS dan lingkungan, seperti normalisasi sungai dan konservasi lahan kritis.
  • Perbaikan infrastruktur, termasuk jalan, drainase, dan tanggul pesisir.
  • Tata ruang berbasis risiko, dengan penghindaran pembangunan di lereng curam dan pesisir rendah.
  • Pemberdayaan masyarakat, melalui pelatihan bencana dan simulasi evakuasi.
  • Kolaborasi lintas sektor, melibatkan pemerintah daerah, lembaga masyarakat, dan sektor swasta dalam pendanaan dan respons darurat.

Cuaca ekstrem di Pemalang telah bertransformasi dari potensi menjadi bencana nyata. Hujan deras, banjir, rob, dan longsor membawa dampak langsung ke kehidupan warga, infrastruktur, hingga ekonomi lokal. Tanpa langkah mitigasi yang sistematis dan kolaboratif, risiko ini dipastikan akan terus berulang dan semakin besar.

Editor : Aryanto

Bagikan Artikel Ini
Konten di bawah ini disajikan oleh Advertiser. Jurnalis iNews Network tidak terlibat dalam materi konten ini.
News Update
Kanal
Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik Lebih Lanjut
MNC Portal
Live TV
MNC Network