Guru di Sragen Bully Siswa karena Tak Pakai Jilbab, Disdik : Ini Sekolah Negeri Bukan Sekolah Agama

Sragen, iNewsPemalang.id - Seorang siswi SMA N 1 Sumberlawang, Sragen, Jawa Tengah telah mengalami perundungan oleh guru matematikanya pada Senin (14/11/2022). Menurut informasi, perundungan itu dilakukan karena siswa tersebut tidak mengenakan jilbab.

Mengetahui itu, Kepala Disdikbud Jateng Uswatun Khasanah menegaskan bahwa SMA 1 Sumberlawang tersebut merupakan sekolah negeri, dan bukan sekolah agama.

Baca Juga

Biar Nggak Kaget, Ini Hal yang Harus Disiapkan Ketika Pertama Kali Masuk SMA, Bukan Make Up!

"Jadi di sekolah negeri, muslim tidak memakai jilbab ya tidak masalah, prinsipnya guru mengajar termasuk dengan soft skill, tapi tanpa intervensi,” tegasnya.

Bahkan, Uswatun juga juga menegaskan bahwa tugas guru matematika adalah mengajarkan pelajaran matematika kepada para siswa, bukan melakukan perundungan seperti yang telah ia lakukan.

“Ya kalau guru matematika yang mengajar matematika, beda dengan guru agama, guru PKn, dan seterusnya,” tambahnya, Senin (14/11/2022).

Baca Juga

Link dan Alur Pendaftaran PPDB SMA/K Jateng 2022, Simak Baik-Baik jangan Sampai Salah!

Uswatun juga menambahkan bahwa oknum guru yang telah melakukan perundungan harus siap terhadap konsekuensi yang akan diberikan, karena menurutnya hal itu dilakukan sebagai bentuk intoleransi terhadap kasus perundungan.

“Apabila terjadi pelanggaran maka siap dengan konsekuensi yang harus ditanggung, karena itu bagian dari intoleransi dan perundungan,” 

Usai insiden tersebut, Disdikbud Jateng kemudian melakukan BAP internal bersama oknum guru matematika itu dengan menggelar pembinaan kepada para guru dan komponen di SMA N 1 Sumberlawang.

Baca Juga

Cara Pengajuan Akun Pendaftaran PPDB SMA dan SMK Jateng 2022

Kasus perundungan yang dilakukan oleh oknum guru matematika tersebut menuai keprihatinan oleh banyak orang. Ia pun mengakui kesalahannya dan dan berjanji untuk tidak mengulangi hal yang sama. Adapun janji tersebut ia buktikan melalui sebuah surat pernyataan.

Editor : Lazarus Sandya Wella