Sukadi diketahui hidup sebatang kara dalam rumah yang jauh dari kata layak. Dinding rumahnya pun hanya terbuat dari papan bekas dan atapnya terbuat dari plastik yang ditindih kayu.
Menurut Suwarno, pihaknya sudah menawarkan untuk memperbaiki atap rumahnya, tetapi tawaran tersebut lagi - lagi tak diindahkan oleh sang kakek.
“Kami sudah berusaha memperbaiki atap rumah diganti dengan genteng juga tidak mau karena tidak ingin menyusahkan orang lain. Ia ingin berdiri sendiri,” katanya.
Disamping itu, Sukadi justru nampak melakoni aktivitas hariannya dengan penuh syukur. Ia mengaku dapat mengumpulkan uang senilai Rp 50.000 per hari dari kegiatannya mengayuh becak dan memulung barang bekas.
Editor : Lazarus Sandya Wella