PEMALANG, iNews.id - Rupiah sepanjang bulan Mei menuju pelemahan sampai 0,59% melawan dollar Amerika Serikat ke Rp14.800/US$. Tidak hanya itu, rupiah juga mencatat pelemahannya selama 3 bulan berturut-turut.
Tidak hanya melawan dolar AS, tetapi rupiah juga melawan mata uang Asia lainnya, rupiah juga babak belur. Mata uang Garuda hanya mampu menguat melawan yuan China sebesar 0,37% dan rupee India 0,81%.
Rupiah paling terpuruk melawan won Korea Selatan, jeblok hingga 2,27%. Melawan dolar Singapura, rupiah juga merosot hingga 1,58%.
Kinerja rupiah tersebut bisa saja akan lebih turun merosot lagi, menjelang akhir Mei rupiah mampu memangkas kemerosotan. Jika dilihat ke belakang, rupiah mulai merosot setelah pemerintah melarang ekspor minyak goreng, minyak sawit mentah dan turunannya sejak akhir bulan April lalu.
"Saya akan terus memantau dan mengevaluasi kebijakan ini agar ketersediaan minyak goreng melimpah dengan harga terjangkau," kata Presiden Joko Widodo (Jokowi) dalam keterangan persnya melalui kanal Youtube Sekretariat Presiden, Jumat (22/4).
Di kuartal I-2022, transaksi masih berjalan dengan lancar dengan surplus US$ 0,2 miliar atau 0,1% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Hal ini mengakibatkan transaksi mengalami surplus tiga kuartal berturut-turut.
Kinerja positif tersebut dipimpin oleh surplus neraca perdagangan nonmigas yang tetap kuat sejalan dengan harga ekspor komoditas global yang masih melonjak, seperti batu bara dan CPO, di tengah peningkatan defisit neraca perdagangan migas sejalan dengan kenaikan harga minyak dunia.
Sementara itu, defisit neraca jasa meningkat beriringan dengan perbaikan aktivitas ekonomi yang terus berlanjut dan kenaikan jumlah kunjungan wisatawan nasional ke luar negeri pasca pelonggaran kebijakan pembatasan perjalanan antar negara dan penyelenggaraan ibadah umrah yang kembali dibuka.
Editor : Anila Dwi