get app
inews
Aa Read Next : Gunung Semeru Erupsi, Tinggi Letusan dari Atas Puncak Mencapai 700 Meter

Jadi Sorotan karena Sedang Erupsi, Ini 5 Fakta Gunung Anak Krakatau yang Tak Banyak Diketahui

Kamis, 09 Juni 2022 | 16:35 WIB
header img
Gunung Anak Krakatau kembali mengeluarkan erupsi / Sumber: GettyImages

PEMALANG, iNews.id - Terjadi erupsi Gunung Anak Krakatau di Selat Sunda erupsi, Rabu (8/6/2022) pukul 13.04 WIB dengan tinggi kolom abu teramati ± 500 m di atas puncak (± 657 m di atas permukaan laut).

"Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas tebal ke arah selatan" papar Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) melalui keterangan tertulis yang diterima iNews, Rabu (8/7/2022).

Kabar tersebut tentu mengejutkan masyarakat sehingga harus menghindari aktivitas di sekitar Gunung Krakatau.

Di balik peristiwa tersebut, aktivitas gunung yang berada di Selat Sunda tersebut pernah lebih dahsyat dari sekarang. Letusannya jauh lebih besar. Dampaknya pun jauh lebih luas.

Dilansir dari berbagai sumber, berikut beberapa fakta tentang Gunung Krakatau yang saat ini dipantau tengah erupsi:

 

1. Gunung api yang letusannya paling dasyat

Gunung Krakatau kembali meletus pada 27 Agustus 1883. Menurut Simon Winchester, ahli geologi lulusan Universitas Oxford Inggris yang juga penulis National Geographic, mengatakan, bahwa ledakan itu adalah letusan yang paling besar, suara paling keras, dan peristiwa vulkanik yang paling meluluhlantakkan dalam sejarah manusia modern.

Pasalnya, dua pertiga bagian Krakatau runtuh dalam sebuah letusan berantai tersebut hingga melenyapkan sebagian besar pulau di sekelilingnya.

Kekuatan letusan diperkirakana mencapai 30.000 kali bom atom yang meluluhlantahkan Nagasaki dan Hisroshima di akhir Perang Dunia II. Hingga akhirnya, menimbulkan gelombang pasang (tsunami) setinggi 30 meter di sepanjang pantai barat Banten dan pantai selatan Lampung yang menewaskan 36.417 jiwa.

 

2. Memiliki jenis letusan yang khas

Melihat dari sejarah Anak Krakatau sendiri, banyak letusan yang terjadi pada gunung baru tersebut. Pada periode 1928 hingga 1930, Anak Krakatau meletuskan erupsi tipe Surtseyan, erupsi yang di laut.

Lalu pada 1960, erupsinya berubah menjadi tipe Vulcanian yang mengeluarkan magma dalam durasi sebentar dan kecil, namun jahat. Itupun masih berubah pada 1981 menjadi letusan Strombolian yang membentuk kerucut di puncaknya.

 

3. Pernah menggelapkan dunia

Letusan Gunung Krakatau yang terletak di Selat Sunda menyebabkan perubahan iklim dunia. Selama dua setengah hari, dunia mengalami kegalapan akibat dari debu vulkanis yang menutupi atmosfer bumi.

Matahari pun bersinar redup sampai setahun berikutnya. Rata-rata suhu global turun 1,2° C. Hamburan debu pun tampak di langit Norwegia hingga New York.

Pola cuaca tetap tak beraturan selama bertahun-tahun dan suhu tidak pernah normal hingga tahun 1888.

 

4.Pernah menyebabkan tsunami besar

Menyebabkan tsunami besar Karena letusannya yang besar, guncangan yang terjadi juga sangat dahsyat. Guncangan saat letusan Gunung Krakatau menyebabkan tsunami besar.

Ketinggian tsunami pada saat itu mencapai 36 meter lebih. Korban jiwa dari letusan Gunung Krakatau sebanyak 36,417 jiwa. 90 persen diantaranya meninggal akibat hantaman tsunami. 

 

5. Erupsinya pernah mengubah suhu bumi

Erupsi Gunung Krakatau merubah suhu bumi Debu dari letusan Gunung Krakatau menutupi atmosfer Bumi. Hal ini menyebabkan suhu bumi turun hingga 1.2 derajat Celcius.

Suhu tersebut bertahan hingga 5 tahun setelah letusan terjadi. Setelah letusan tersebut, Gunung Krakatau kembali tenang. Pada tahun 1927, beberapa nelayan menemukan aktivitas vulkanik di bekas letusan Gunung Krakatau.

Dalam waktu beberapa minggu saja, puncak gunung baru terbentuk. Dalam setahun gunung tersebut membentuk sebuah pulau kecil. Pulau tersebut kemudian dinamai Pulau Anak Krakatau. 

Editor : Anila Dwi

Follow Berita iNews Pemalang di Google News Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut