PEMALANG, iNews.id - Presenter Irfan Hakim beserta empat orang anggota tim produksinya beberapa waktu lalu harus dilarikan ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) sebuah rumah sakit.
Hal itu karena, mereka berlima mengalami kondisi tidak mengenakkan usai menerima tantangan One Chip Challenge dari YouTuber Tanboy Kun.
Kejadian tersebut sempat ramai diperbincangkan publik lantaran di akun YouTube deHakims Story, pembawa acara alias host D'Academy tersebut mengaku hampir mati setelah makan kripik super pedas.
Berkaca dari pengalaman Irfan Hakim, berikut ini beberapa akibat yang bisa terjadi jika kamu terlalu banyak makan pedas.
1.Iritasi kulit
Bahaya makan pedas secara berlebihan dapat mengakibatkan iritasi kulit seperti lecet-lecet dan ruam kemerahan.
Menurut Barry Green, Ph.D dari John B. Pierce Laboratory, makanan pedas bisa merangsang reseptor di kulit yang biasanya merespons rasa perih, gatal, atau perubahan suhu udara.
Reseptor ini akan lebih aktif saat menerima sinyal zat asing. Salah satunya zat dari cabai serta makanan pedas serupa untuk meningkatkan peluang iritasi pada kulit.
2. Radang tenggorokan akut
Menurut pakar kesehatan dalam The Mayo Clinic, terlalu banyak makan pedas bisa mengiritasi tenggorokan.
Ketika kamu punya penyakit asam lambung, beberapa gejala yang mungkin dirasakan juga termasuk rasa sakit dan bengkak pada tenggorokan.
Dampak lebih jauhnya, kamu bisa alami gangguan suara karena serak yang muncul. Beberapa penggemar makanan pedas sepertinya 'akrab' dengan efek samping ini.
3. Jerawat dan eksim
Bahaya makan pedas terlalu sering yang kedua adalah dapat menyebabkan timbulnya beberapa masalah kulit seperti jerawat dan eksim.
Makanan pedas dapat menyebabkan jerawat. Ketika makanan pedas menyebabkan peradangan di usus, mulai dari sakit perut, refluks asam, atau gejala lainnya, terkadang peradangan ini juga dapat terlihat pada kulit yang memerah, berjerawat, atau bahkan eksim.
Jika makanan tertentu mungkin menjadi penyebabnya, dokter kulit biasanya akan menyarankan pasien untuk membuat buku harian makanan guna mengindentifikasi penyebabnya.
Editor : Anila Dwi