"Tanggal 13 dan 14 kami semua uji coba berbagai metode. Hasil uji cobanya lancar," ungkap Tri Handoko Seto.
Pada konsep hari pertama, seorang Doktor lulusan Kyoto University ini menjelaskan bahwa pergerakan awan di sekitar Nusa Dua, dimulai dari Lombok sampai Banyuwangi akan dipercepat menjadi hujan.
"Konsepnya, awannya dipercepat menjadi hujan. Seluruh awan sekitar Nusa Dua, mulai dari Lombok sampai Banyuwangi, yang pergerakannya kami monitor pakai radar, dipercepat menjadi hujan," jelasnya.
Namun, pada penerapannya ia justru merasa kualahan disebabkan drama yang muncul sejak pagi pada tanggal 15 November.
"Tanggal 15 pagi langsung drama. Awan bermunculan sejak pagi. Dihujankan satu, tumbuh (awan) yang lain dan seterusnya," bebernya.
Seperti yang diketahui, metode TMC ini ditargetkan agar acara "Welcoming Dinner" yang akan dilaksanakan secara outdoor di GWK dapat berjalan lancar tanpa terkendala hujan. Meskipun begitu, Tim TMC juga tetap berjaga agar acara keesokan harinya yakni penanaman pohon bakau bisa terpantau dengan aman.
Editor : Lazarus Sandya Wella
Artikel Terkait