PEMALANG, iNewsPemalang.id - Pada masa dahulu kala, ketika tanah Jawa masih dipenuhi hutan lebat dan kerajaan-kerajaan kecil, di wilayah yang kini dikenal sebagai Kabupaten Pemalang, hiduplah seorang pendekar sakti bernama Ki Gede Suramenggala. Ia bukan hanya seorang ahli bela diri, tetapi juga tokoh yang bijak, dihormati oleh rakyat, dan ditakuti oleh para penjajah serta penjahat.
Asal-usul Ki Gede Suramenggala
Ki Gede Suramenggala berasal dari keturunan darah biru kerajaan Mataram, namun ia memilih meninggalkan kemewahan istana untuk hidup sederhana di lereng Gunung Slamet, dekat hutan Comal. Sejak muda, ia digembleng oleh seorang resi tua bernama Empu Kanung yang mengajarinya ilmu kanuragan, tapa brata, dan kekuatan batin.
Dengan tongkat saktinya yang terbuat dari kayu jati pilihan, disebut “Tunggul Wulung”, Ki Gede mampu mengendalikan angin dan menaklukkan makhluk gaib penjaga hutan.
Melawan Penjajah dan Bajak Laut
Pada abad ke-17, tanah Pemalang menjadi incaran para penjajah asing yang ingin menguasai pelabuhan di Ujungnegoro dan jalur dagang melalui Sungai Waluh. Selain itu, bajak laut dari Laut Jawa sering merampok desa-desa pesisir seperti Asemdoyong dan Widuri.
Ki Gede Suramenggala tak tinggal diam. Ia mengumpulkan rakyat, melatih mereka bela diri, dan membangun pertahanan desa. Dengan kekuatannya yang luar biasa, ia mampu menghentikan pasukan penjajah hanya dengan satu hentakan tongkat di tanah, membuat gempa kecil yang meluluhlantakkan barisan musuh.
Salah satu kisah terkenalnya adalah saat ia menghadapi Londo Ireng, seorang perwira Belanda yang menggunakan senjata api dan ilmu hitam. Dalam duel selama tujuh hari tujuh malam di tepi Sungai Comal, Ki Gede akhirnya mengalahkan Londo Ireng dengan jurus pamungkas: “Lintang Kemukus Ngalayang”, yang memanggil petir dari langit dan menghantam musuhnya.
Akhir Hidup dan Legenda Abadi
Setelah puluhan tahun membela tanah kelahirannya, Ki Gede Suramenggala menghilang secara misterius. Konon, ia melakukan tapa moksa di sebuah gua tersembunyi di lereng Gunung Slamet. Warga percaya, arwahnya masih menjaga Pemalang hingga kini.
Editor : Aryanto
Artikel Terkait