Pemalang, iNews.id - Batik merupakan pakaian khas Bangsa Indonesia yang mengandung berbagai macam makna dan filosofi di dalamnya. Seperti yang sudah diketahui, batik biasanya menjadi sebuah 'tentengan' oleh wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Indonesia.
Berbagai ragam batik di Indonesia mempunyai ciri khasnya masing - masing, mulai dari batik solo, batik pekalongan, dan lain lain. Namun, siapa sangka dibalik kepopuleran batik - batik tersebut, Pemalang juga ikut serta mengisi jajaran batik Indonesa dengan ciri khas yang unik dan tak kalah cantik.
Hal ini diungkapkan oleh salah seorang pengrajin batik bernama Slamet. Ia merupakan seorang warga Dukuh Batan, Desa Jebed Utara, Kecamatan Taman, Kabupaten Pemalang. Seorang RT tersebut menjelaskan bahwa Kabupaten Pemalang juga mempunyai batik khasnya sendiri yaitu Batik Sekar Manggar asli Jebed Utara.
Slamet menjelaskan bahwa nama Sekar Manggar diambil dari kata 'Sekar' yang berarti 'bunga' dan 'Manggar' yang berarti 'kelapa'. Nama ini diperoleh karena terinspirasi dari pohon kelapa dimana semua bagiannya dari mulai akar, batang, buah maupun daunnya dapat dimanfaatkan.
"Mane wong kuno kan njukot kembang kelopo karena opo, yo karena dari oyot, batang, terus buahe, lan daune kanggo kabeh mulane deweke njukut paten manggar," jelas Slamet.
"Makanya orang dulu ngambil bunga kelapa karena apa, ya karena dari akar, batang, terus buahnya, dan dan daunnya bermanfaat semua makanya mereka menamakan Manggar," jelas Slamet.
Selain batik Sekar Manggar, Pemalang juga mempunyai motif lain yang dinamakan 'Wader Mudik'. Batik ini melambangkan orang Pemalang yang merantau ke luar daerah kemudian pulang dengan keberhasilan atau yang dinamakan mudik.
"Jadi sopo wonge sing tindak enyang luar daerah nah ceritane angger iki anu, ceritone lunga Malaysia opo Jakarta itu berhasil, nah iku jenenge wis makat banjur mudik, Wader Mudik," jelasnya.
"Jadi siapapun yang pergi keluar daerah, misalnya Malaysia atau Jakarta dan sukses, nah itu yang dinamakan berangkat lalu pulang, namanya Wader Mudik," jelasnya.
Slamet menyebutkan bahwa batik wader mudik biasanya digunakan oleh para pengantin yang hendak melangsungkan pernikahan.
Bukan hanya itu, motif batik lainnya pun turut serta mengisi jajaran batik khas Pemalang yakni Batik Ukel Materos. Batik ini mengandung filosofi bahwa dalam hidup selalu ada rintangan dan hambatan, namun kita dianjurkan untuk terus maju dan berjaya.
"Walaupun ada rintangan apapun, Ukel Materos ya kita jaya aja," jelas Slamet.
Slamet juga menerangkan motif batik selanjutnya yang disebut Batik Galaran. Batik ini mengandung arti bahwa kita sebagai umat manusia dianjurkan untuk sabar dan menerima setiap permasalah atau persoalan yang datang dalam semua aspek kehidupan.
Berikutnya, terdapat Batik Simbar Kencono. Batik ini biasanya digunakan oleh anggota kerajaan atau 'penggowo'. Bahkan Slamet menyebutkan bahwa Batik Simbar Kencono memang sudah ada sejak masa Majapahit.
"Zaman majapahit mpun wonten," ucap ketua RT tersebut.
"Zaman dulu itu Majapahit delap maring alas nah di simbar iki, simbar e yo metu la ono kencanane "imbuhnya.
Ia mengatakan bahwa kata 'Kencono' yang berarti 'lampu' mengandung harapan bahwa siapapun yang memakai batik ini akan mengeluarkan aura kewibawaan. Sehingga ia dihormati dan disegani oleh banyak orang.
Selain motif - motif tersebut, Slamet juga menambahkan bahwa ada motif lain seperti 'Pakis' dan 'Kepiting'. Motif - motif yang sudah disebutkan merupakan motif batik klasik yang sudah turun temurun, kecuali Batik Kepiting.
Batik Kepiting sendiri merupakan batik asli ciptaan Pak Slamet, dan masih dalam proses pembuatan. Diantara 7 motif yang sudah disebutkan menurut pengrajin batik Slamet, Batik Simbar Kencono adalah yang paling banyak diminati.
Pasalnya, batik tersebut dijual dengan harga Rp 250 ribu per potong dan jauh berbeda dengan Batik Sekar Manggar yang dijual seharga Rp 400 ribu per potong. Perbedaan ini tentunya disebabkan karena tingkat kesulitan dan durasi pengerjaan yang berbeda.
Batik Sekar Manggar sendiri biasanya diproses sekitar 2 minggu lebih. Motifnya yang rumit dan butuh ketelitian tentunya membuat harga jauh lebih mahal. Namun hal ini tidak mengurangi minat para pembeli yang mencari keunikan dan keindahan kain batik khas Nusantara.
Selama menjadi pengrajin batik, Slamet mengaku penjualan per bulannya hanya sekitar 5 potong batik dengan motif yang berbeda. Namun, setelah pemerintah Kabupaten Pemalang gencarkan pemakaian batik bagi para ASN, dirinya mengaku terbantu karena bisa menaikkan omset UMKM nya.
"Motif dan warnanya beda beda yang satu minta ijo yg satu minta ireng, opo le, nek jaman kemaren jaman merah geh merah, jaman biru nggeh biru, nek sekarang kan lagi gencaran ijo sama putih," jelasnya.
Meskipun begitu, ia mengatakan kekhawatirannya dalam mempertahankan warisan budaya Kabupaten Pemalang ini, pasalnya keturunan Slamet nampaknya tidak memiliki minat untuk melanjutkan usaha batik tersebut sehingga batik khas Pemalang ini terancam punah.
Slamet bahkan mengajak para generasi muda untuk ikut serta melestarikan warisan budaya bangsa ini khusunya Kabupaten Pemalang sehingga Batik Pemalang akan terus terjaga kelestariannya.
"Yo demi apapun ayo kita berjuang bareng," pungkasnya.
Editor : Lazarus Sandya Wella