2. Tanpa Paku
Rumah adat Sulah Nyanda dibangun menggunakan material yang bersumber dari hutan, seperti kayu, bambu, ijuk, rotan dan daun rumbia. Bahkan Suku Baduy melarang keras penggunaan paku dalam proses pembangunan, karena dinilai akan merusak alam.
Sebagai gantinya, mereka meggunakan tali dari kulit atau akar pohon maupun pasak yang terbuat dari kayu.
Bukan hanya itu, Suku Baduy memiliki sebuah filosofi yang berbunyi “lojor teu meunang dipotong, pondok teu meunang disambung”, dimana istilah tersebut memiliki makna yang cukup mendalam yakni "apa yang telah diberikan oleh Tuhan terhadap manusia berupa limpahan kekayaan alam, haruslah di jaga karena pada hakikatnya Tuhan telah memenuhi apa yang menjadi kebutuhan manusia, bukan apa yang menjadi keinginan manusia".
3. Tidak Diberi Warna
Keunikan berikunya yakni dapat dilihat dengan mata telanjang, dimana mayoritas rumah adat Suku Baduy tak memiliki variasi warna yang mencolok.
Hal ini disebutkan sebagai salah satu simbol kesederhanaan yang memiliki fungsi perlindungan dan kenyamanan.
Suku Baduy lebih memilih menggunakan warna asli dari material alam yang digunakan. Bahkan interiornya pun tak diberi banyak hiasan agar terjaga keasriannya.
Editor : Sandi