Pada Januari 1978, Sumarni mengalami operasi tumor. Usai kejadian tersebut, ia pun terbesit pertanyaan apakah Mocharam masih bersedia dengannya.
Disamping harapan Sumarni terhadap kepulangan kekasihnya, Mocharam ternyata merasakan hal yang sama.
Diketahui, ia selalu mencari keberadaan Sumarni bahkan saat dirinya pulang ke Jawa Tengah untuk mengunjungi makam Ibunya di awal tahun 1977.
Saat itu, ia mendengar kabar bahwa Sumarni masih sendiri. Sehingga ia memerintahkan temannya untuk mencari keberadaan Sumarni.
Waktu itu pula, Mocharam diketahui masih terikat kontrak kerja dengan perusahaan di Belanda sehingga dirinya belum bisa mengambil cuti.
Sampai akhirnya di bulan Oktober 1977, Sumarni mendapatkan sebuah surat dari Belanda yang dikirimkan oleh Mocharam.
“Masihkah seperti yang dulu?” isi surat tersebut.
Singkat cerita, keduanya pun kemudian bertemu pada tanggal 9 Juni 1978 dan segera menggelar pernikahan.
Penantian selama 27 tahun itu pun akhirya membuahkan hasil untuk keduanya. Kisah cinta Sumarni dan Mocharam menjadi salah satu bukti bahwa cinta sejati itu pernah ada.
"Selama hidup, saya tidak pernah patah hati, tidak pernah iri dan sebagainya, apalagi mendendam. Semua yang saya alami, apapun bentuknya, saya terima dengan lapang dada dan gembira. Karena saya tahu Tuhan pasti akan memberikan sesuatu kepada manusia apa yang lebih baik," pungkas Sumarni Sukamsi Kolopaking pada Koran Buana.
Editor : Lazarus Sandya Wella