Pemerintah AS Resmi Shutdown, Gedung Putih dan Partai-Partai Saling Lempar Tanggung Jawab

NEW YORK, iNewsPemalang.id — Pemerintah Amerika Serikat resmi mengalami penutupan operasional (government shutdown) setelah Senat gagal mencapai kesepakatan terkait anggaran belanja tahunan menjelang tenggat akhir tahun fiskal, Selasa (30/9) malam waktu setempat. Kebuntuan ini memicu saling tuding antara Partai Republik dan Partai Demokrat, yang makin memperkeruh suasana politik di Washington.
Dalam pernyataan resminya, Gedung Putih yang kini dipimpin Presiden dari Partai Republik langsung menyalahkan kubu Demokrat sebagai biang keladi macetnya anggaran. Di laman resminya, pemerintah AS menampilkan penghitungan waktu shutdown lengkap dengan tulisan mencolok: “Democrats Have Shut Down the Government” atau “Partai Demokrat Telah Menutup Pemerintahan.”
Ketua DPR Mike Johnson, politisi dari Partai Republik, turut menguatkan narasi tersebut. Lewat akun X (sebelumnya Twitter), Johnson menuduh Demokrat lebih memprioritaskan kepentingan imigran ilegal ketimbang rakyat Amerika sendiri.
"Demokrat telah resmi menutup pemerintah federal. Mereka mengutamakan imigran ilegal dan mengorbankan warga Amerika yang bekerja keras," tulisnya.
Namun tudingan tersebut dibantah keras oleh Partai Demokrat. Mantan Wakil Presiden Kamala Harris menyatakan bahwa tanggung jawab sepenuhnya berada di tangan Partai Republik, yang menguasai Gedung Putih, Dewan Perwakilan Rakyat, dan Senat.
"Biar saya tegaskan: Partai Republik yang memegang kendali penuh. Ini adalah penutupan pemerintahan mereka," tegas Harris.
Shutdown pemerintah federal AS terjadi ketika Kongres gagal menyepakati Rancangan Undang-Undang Anggaran sebelum tahun fiskal berakhir, yakni pada 30 September pukul 23.59 waktu setempat. Tanpa anggaran resmi, pemerintah tidak memiliki dasar hukum untuk membiayai operasional sebagian besar lembaganya.
Dampaknya langsung terasa bagi masyarakat. Sejumlah layanan publik seperti kantor administrasi, taman nasional, dan museum terpaksa ditutup sementara. Sementara itu, jutaan pegawai federal non-esensial dirumahkan tanpa gaji hingga kesepakatan anggaran tercapai.
Situasi ini menambah panjang daftar krisis politik di AS menjelang tahun pemilu 2026, memperlihatkan semakin tajamnya polarisasi antara dua partai besar di negeri itu.
Editor : Aryanto