"Saat Covid-19 kemarin misalnya, Kirab 1 Sura digelar terbatas dan tirakatan, waktu Malari juga demikian," katanya.
Oleh karenanya, jika saat ini sebagian besar kebo bule terkena PMK dan seandainya tidak diikut sertakan kirab, hal tersebut bukan menjadi masalah maupun mengurangi esensinya.
Senada dengan Rendra, Dosen Prodi Sejarah Fakultas Ilmu Budaya UNS, Susanto menuturkan, pada masa pemerintahan Pakoeboewono (PB) II, kebo bule termasuk peliharaan kesayangannya, jadi saat pindah dari Kartasura ke Surakarta ikut diboyong.
Sedangkan nama Slamet pada kebo bule tersebut juga memiliki makna tersendiri.
"Jadi kalau sedang punya masalah, resah, atau menghindari memala, masyarakat jaman dahulu mengadakan ruwatan agar selamat (Slamet)," tuturnya.
Editor : Anila Dwi
Artikel Terkait