Pembuatan gerabah di Pemalang dilakukan masih secara manual, dengan menggunakan semacam piring yang diputar menggunakan kaki.
Gerabah yang telah dibuat, selanjutnya dijemur dan diberi pewarna atau dicat. Bahan pewarna yang digunakan adalah tanah merah, sehingga warna yang dihasilkan benar-benar alami.
Setelah gerabah kering, dan terkumpul cukup, selanjutnya dibakar menggunakan jerami dan kayu. Biasanya hingga mencapai 1000 buah atau lebih, dalam waktu sekitar satu bulan.
Para perajin biasanya menjual hasil produk gerabah mereka secara konvensional. Selain itu, mereka juga melayani pesanan dari luar daerah seperti Tegal, Pekalongan, Brebes dan Batang.
Di usianya yang senja, Nurochim yang masih setia menjalani usaha gerabah ini mengaku mendapat persaingan cukup berat. Pasalnya, saat ini telah menjamur produk semacam gerabah dari plastik.
"Saat ini persaingan cukup berat, sudah banyak produk seperti pot atau semacamnya dari plastik," ujarnya.
"Padahal tanaman akan lebih subur jika ditanam di pot gerabah yang terbuat dari tanah liat,’’ imbuhnya.
Editor : Aryanto
Artikel Terkait