PEMALANG, iNewsPemalang.id – Di balik wajah polos seorang bocah kelas 5 SD, tersimpan duka yang belum terucap sempurna. WHS (11), anak laki-laki asal Desa Mereng, Kecamatan Warungpring, Kabupaten Pemalang, kini menjalani hari-harinya tanpa pelukan ayah dan ibu yang dicintainya. Kedua orang tuanya, MR (37) dan NAT (34), ditemukan tewas mengenaskan di atas tumpukan batu pada Minggu pagi, 10 Agustus 2025.
Sejak tragedi itu, WHS tinggal bersama kakek dan neneknya di Desa Datar. Di rumah sederhana itu, keheningan lebih sering menemani daripada tawa. Tak ada lagi suara ibu yang membangunkan, tak ada lagi tangan ayah yang menggandeng pulang sekolah.
Hari ini, Jumat (22/8), Kapolres Pemalang AKBP Rendy Setia Permana dan Dandim 0711/Pemalang Letkol Inf Mohamad Arif datang berkunjung. Mereka membawa bantuan perlengkapan sekolah dan dukungan moral. Namun, tidak ada bantuan yang bisa sepenuhnya mengobati luka kehilangan yang dalam di hati seorang anak.
"Kami hadir untuk memberikan semangat, agar WHS bisa tetap kuat dan melanjutkan hidupnya," ujar Kapolres Rendy.
Bersama tim konselor dan Dinas Sosial, pihak kepolisian berupaya membantu WHS melalui program trauma healing. Tapi pertanyaan tentang ke mana perginya orang tuanya, dan mengapa mereka tidak pernah kembali, masih bergelayut di benaknya.
Motif Tragis: Utang yang Berujung Kematian
Polres Pemalang mengungkap bahwa pembunuhan ini dilakukan oleh tersangka Iskandar (63), dukun palsu yang mengaku mampu menggandakan uang, warga Desa Dukuhmalang, Tegal.
Diduga, pelaku merasa tertekan karena terus ditagih utang oleh pasangan suami istri tersebut yang merasa tertipu setelah sekian kali ritual penggandaan uang yang dijalani gagal. Ia lalu merencanakan pembunuhan dengan cara memberi racun dalam minuman (kopi) seusai ritual yang mereka jalani bersama.
Editor : Aryanto
Artikel Terkait