get app
inews
Aa Read Next : Komplotan Pencuri Spesialis Minimarket di Pemalang Dibekuk Polisi, Ternyata Ini Barang yang Dicuri

Bukan Aphelion, Ini Penyebab Suhu di Jawa Tengah Lebih dingin Dari Biasanya

Kamis, 30 Juni 2022 | 19:14 WIB
header img
Ilustrasi Cuaca - iNews

PEMALANG, iNews.id - Suhu udara di akhir Juni pada malam hari terasa lebih dingin dari biasanya. 

Fenomena suhu dingin malam hari tersebut juga dirasakan masyarakat di daerah Jawa Tengah.

Sebagian masyarakat kerap mengkaitkan suhu udara dingin ini dengan fenomena Aphelion

Sebagai informasi, fenomena adalah momen metika orbit dari sebuah planet, komet, atau benda langit lainnya berada di titik paling jauh dari matahari.

Aphelion merupakan fenomena astronomis yang terjadi setahun sekali dan di Indonesia biasanya berkisar di bulan Juli dan awal Agustus.

Menanggapi kabar tersebut, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menjelaskan mengenai penyebab suhu udara dingin yang terjadi akhir-akhir ini bukan karena fenomena aphelion.

Menurut BMKG, fenomena suhu udara dingin  merupakan fenomena alamiah yang umum terjadi di bulan-bulan puncak musim kemarau, yaitu bulan Juli-September.

Pasalnya, saat ini, wilayah Pulau Jawa hingga NTT menuju periode puncak musim kemarau yang ditandai dengan pergerakan angin dari arah timur yang berasal dari Benua Australia.

Deputi Bidang Klimatologi BMKG Herizal  mengatakan, pada bulan Juli, wilayah Australia berada dalam periode musim dingin.

Pasalnya, ada pola tekanan udara yang relatif tinggi di Australia menyebabkan pergerakan massa udara dari Australia menuju Indonesia atau dikenal dengan istilah Monsoon Dingin Australia.

Lebih lanjut, Herizal menjelaskan, angin Monsoon Australia yang bertiup menuju Indonesia melewati perairan Samudera Indonesia yang memiliki suhu permukaan laut juga relatif lebih dingin.

"Hal itu mengakibatkan suhu di wilayah Indonesia terutama bagian selatan khatulistiwa yaitu Pulau Jawa, Bali  dan Nusa Tenggara terasa lebih dingin," paparnya.

Namun, sambung dia, selain dampak angin dari Australia, berkurangnya awan dan hujan di Pulau jawa hingga Nusa Tenggara juga turut berpengaruh ke suhu yang dingin di malam hari.

Namun, sambung dia, selain dampak angin dari Australia, berkurangnya awan dan hujan di Pulau jawa hingga Nusa Tenggara juga turut berpengaruh ke suhu yang dingin di malam hari.

Herizal menjelaskan juga mengenai aphelion yang berdampak pada suhu udara saat malam.

“Posisi matahari memang berada pada titik jarak terjauh dari bumi (Aphelion). Tapi, kondisi tersebut tidak berpengaruh banyak pada fenomena atmosfer permukaan,” ungkap Herizal.

Aphelion yang biasanya terjadi di sekitar bulan Juli ini, pada waktu yang sama secara umum wilayah Indonesia berada padaa musim kemarau.

Menurut Herizal, hal itu juga yang menyebabkan seolah Aphelion memiliki dampak yang ekstrim terhadap penurunan suhu di Indonesia.

“Fenomena ini merupakan hal yang biasa terjadi tiap tahun, bahkan hal ini pula yang nanti dapat menyebabkan beberapa tempat seperti di Dieng dan dataran tinggi atau wilayah pegunungan lainnya, berpotensi terjadi embun es (embun upas) yang dikira salju oleh sebagian orang,” imbuhnya.

 

Editor : Anila Dwi

Follow Whatsapp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
Lihat Berita Lainnya
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut