Terpisah, salah seorang pengidap ODHA, Yuli mengatakan, ada ribuan pengidap ODHA di Kabupaten Grobogan, namun banyak yang enggan terbuka, bahkan sungkan menebus obat dari pemerintah.
Dia mengatakan, tertutupnya pengidap ODHA itu berbahaya, karena bisa menularkan virus melalui luka, darah dan atau hubungan badan.
Padahal baginya, sebagai penyandang ODHA tidaklah berat jika masyarakat mengetahui kondisinya. Namun yang melaporkan diri sebagai pengidap ODHA dan menebus obat hanya ratusan orang, padahal jumlahnya ribuan.
"Enggak kalau saya (dihujat atau dikucilkan). Saya malah sering jadi narasumber dan saya rasa masyarakat peduli dengan orang seperti saya (penyandang ODHA)," kata Yuli.
"Menurut saya tidak hanya itu (takut mengakui) tapi lebih utama adalah bagaimana mendongkrak kesadaran pengidap seperti kita ini menebus obat dan menjaga stabilitas tubuh," imbuhnya.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Grobogan dr Slamet menyampaikan, ada kecenderungan pengidap ODHA lebih tertutup. Terutama menutup statusnya agar bisa diterima masyarakat.
Editor : Aryanto