PEMALANG, iNews.id - Kesenian tradisional kuda lumping atau jaran ebeg, merupakan salah satu warisan seni budaya asli dari nenek moyang bangsa Indonesia yang hingga kini masih ada di Kabupaten Pemalang.
Keberadaan kesenian kuda lumping atau jaran ebeg yang hampir punah dan dilupakan generasi sekarang karena derasnya budaya luar dan modern, membuat kesenian tradisional ini semakin terpinggirkan.
Meski demikian, Shely (33) wanita muda berparas cantik mirip indo asal Belik Kabupaten Pemalang, dengan jiwa seni yang mengalir dalam darahnya tergerak untuk membangkitkan kembali kesenian kuda lumping atau jaran ebeg yang pernah menjadi tontonan favorit pada masanya di kalangan masyarakat Jawa.
Penampilannya yang memukau pun dipertontonkan pada saat pementasan kolosal seni sintren dan jaran ebeg dalam acara menyambut hari jadi kota Pemalang ke- 448 di alun-alun kota berjuluk Pusere Jawa itu, Sabtu (21/1/2023) sore.
Sosok Shely, sebagai ketua sekaligus dalang (pawang) jaran ebeg pun sontak menjadi sorotan publik masyarakat Pemalang yang menyaksikan pertunjukannya.
Menggawangi paguyuban seni Turonggo Dewi Sinta, Shely menuturkan, dirinya menyukai jaran ebeg sejak kecil.
"Saya suka ebeg (kuda lumping) dari dulu, sedikit tahu tentang kebatinan, lalu saya terjun di lapangan," tutur Shely.
Lebih jauh dirinya mengatakan, bahwa dengan adanya wadah kesenian kuda lumping yang baik, dengan mempunyai satu group khusus wanita, dirinya berharap anak-anak perempuan penari ebeg akan lebih terhormat.
"Saya hanya ingin mempunyai wadah kesenian kuda lumping yang baik, dengan mempunyai satu group kuda lumping wanita, supaya anak-anak perempuan penari ebeg ketika kesurupan saat memainkan tari kuda lumping, tidak ditangani oleh pawang laki-laki, biar terlihat ada harga dirinya," ungkap Shely.
Menurut shely, banyak orang'tua dari penari kuda lumping wanita yang melarang anak-anaknya untuk bermain, karena ketika kesurupan yang mengobati pawang laki-laki, untuk itu dirinya merasa terpanggil, dengan kemampuan ilmu kebatinan yang di miliknya.
"Cukup pemain wanita diobati oleh pawang wanita, dengan adanya saya terjun ke lapangan di Pemalang selatan," jelas shely.
Shely menuturkan, saat ini anggota group kuda lumping Turonggo Dewi Sinta yang bermarkas di Belik, Pemalang selatan, terdiri dari 10 perempuan pewayang (penari), satu barongan dan satu celengan,serta satu asisten pawang (dalang).
"Kami berharap kesenian tradisional kuda lumping bisa menjadi Kesenian tuan rumah di daerahnya sendiri," ujar Shely.
Dikatakan Shely, untuk medongkrak kesenian tradisional jaran ebeg tentunya tak lepas dari dukungan pemerintah daerah Kabupaten Pemalang, menurutnya pemerintah harus lebih memperhatikan lagi keberadaan seni budaya jaran ebeg, yang ternyata masih banyak diminati masyarakat Pemalang.
Pertunjukan tari jaran ebeg perempuan di alun-alun Pemalang, Sabtu (21/1/2023). Foto: Istimewa
Editor : Aryanto
Artikel Terkait