Ia menuturkan, poin ke-6 dari objek pemajuan dan kebudayaan yaitu teknologi tradisional, dalam hal ini teknologi dalam mengolah grombyang menurutnya unik. Untuk melunakan daging kerbau dalam kuliner tersebut, lanjut Bayu tidak cukup hanya satu hari.
”Maka sebetulnya dalam drama yang ditampilkan, Saya membawa kipas, menghidupkan kompor untuk melunakan daging, itu sebagai simbol bahwasannya grombyang Pemalang itu enak dan istimewa karena pengolahannya juga istimewa,” paparnya.
Untuk dapat menggarap sendratari tersebut kata Bayu, butuh waktu sekitar satu setengah bulan. Dan yang paling lama dalam proses tari tersebut adalah konsep. Dimana tema kuliner dapat menjadi sebuah sendratari.
Terkait dengan performanya di Taman Budaya Jawa Tengah, Bayu menjelaskan, sanggarnya merupakan bagian dari Forum Silaturahmi Sanggar Tari (FSST) Jawa Tengah yang dipimpin Yoyok.
Ia menjelaskan Yoyok telah memprakarsai agar setiap sanggar di Jawa Tengah nantinya bisa bergabung dalam forum tersebut supaya bisa mendapatkan kesempatan pentas di TBJT dengan membawa kearifan-kearifan lokal dan mampu mengangkat potensi daerah masing-masing di tingkat provinsi, nasional ataupun internasional.
”Dengan Grombyang yang sudah mendapatkan WBTB, harapan saya nantinya Pemalang akan bisa mengadakan festival kuliner nusantara,” imbuhnya.
Editor : Lazarus Sandya Wella