Menurut Pemandu wisata Komang Gita, penamaan desa ini diambil dari nama sebuah pohon yang sudah berusia ratusan tahun. Konon katanya, pohon tersebut memiliki aroma wangi yang tercium hingga ke Pulau Jawa.
"Pohon ini (Taru Menyan) asal mula nama Desa Trunyan diambil dari nama Taru Menyan yang membuat mayat-mayat yang diletakkan di bawahnya tidak tercium bau busuk. Katanya itu biar wangi pohon ini tidak tercium orang di luar sana dan menjadi sasaran orang-orang jahat," kata Pemandu wisata, Komang Gita.
Sebagai penganut agama Hindu, masyarakat Desa Trunyan memiliki beberapa persyaratan untuk para mayat yang hendak dikuburkan di pohon sakral tersebut. Diantaranya :
1. Pemakaman khusus bayi dan anak-anak.
2. Pemakaman orang dewasa yang meninggal secara wajar.
3. Pemakaman untuk jasad yang meninggal karena kecelakaan dan lain sebagainya.
Editor : Lazarus Sandya Wella